Laporan Penelitian Sosiologi
KERUSUHAN
MEI 1998
Disusun Oleh :
Ahmad Syahrul
Muhammad Azka Ramadhan
Muhammad Iqsan Juliansyah
Osscar Mahyot Ohee
XI IPS 2
(2016)
SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN
Jl. Raya Puspiptek Muncul. Setu.
Tangerang Selatan. Banten. Indonesia
Telp./Faks. (021) 7560956
Email : sman2tangsel.sch.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke
hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul “KERUSUHAN MEI 1998”. Dengan tujuan penulisan sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari
materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepas pula dengan
tugas mata pelajaran Sosiologi.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran pembaca yang bersifat membangun.
Tangerang Selatan, Mei 2016
Penyusun.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………….………………………………………............i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………..........ii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………..………………....1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..……….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….….2
1.4 Manfaat
Penelitian……………………………………………………………...2
BAB 2 LANDASAN
TEORI……………………………………………………………….3
2.1 Penyebab terjadinya kerusuhan Mei 1998… …………………….……………3
2.2 Krisis yang
terjadi pada saat
kerusuhan Mei 1998……………………...............3
2.3 Peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998…………………………………...7
BAB 3 METODELOGI
PENELITIAN…………………………………………………...10
3.1
Pendekatan Penelitian………………………………………..………………..10
3.2
Lokasi Penelitian…………………………………………...………….……...10
3.3
Waktu Penelitian…………………………………………...………………….10
3.4 Sumber
Data……………………………………...……...……………………10
3.5
Teknik Pengumpulan Data……………………………...…………………….10
3.6 Teknis Analisis Data …………………………………...………..……………11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………….....……………………………………...12
4.1
Penyebab Kerusuhan Mei 1998………………………………………………..12
4.2 Krisis yang terjadi pada Mei 1998......................................................................12
BAB
5 PENUTUP………………………………………..………....……………………..14
5.1 Simpulan……………………………………………..…….………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…....……………….........15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Peristiwa lengsernya presiden Soeharto pada bulan Mei 1998,
dan dimulainya pemerintahan era reformasi.Dampak dari peristiwa ini masih
berlangsung, sehingga perlu diadakan evaluasi secara cermat, dapatkah peristiwa
lengsernya presiden Soeharto dikategorikan sebagai tonggak sejarah bangsa
Indonesia.
Mei 1998, penuh dengan kejadian - kejadian yang dapat
dikatakan menjadi tonggak reformasi Indonesia, penuh dengan kerusuhan -
kerusuhan yang sebenarnya merupakan ungkapan kekecewaan masyarakat terhadap
pemerintahan Orde saat itu. Mei 1998 akan selamanya dikenang oleh Bangsa ini
sebagai bulan dimana seluruh masyarakat Indonesia bersatu untuk meruntuhkan
Rezim Orde yang sudah terlalu lama berkuasa.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak Tahun 1997 membuat
perekonomian menjadi kacau. Naiknya harga sembako, banyaknya PHK dan tingginya
angka pengangguran dan beberapa
perusahaan swasta yang mengalami kerugian memancing mahasiswa untuk
mengadakan aksi keprihatinan. Bersamaan dengan maraknya aksi-aksi mahasiswa,
terjadi serangkaian aksi penculikan (penangkapan) terhadap beberapa aktivis dan
mahasiswa.Aksi mahasiswa di kota-kota besar pun kian marak sejak Februari
1998.Melihat maraknya aksi mahasiswa yang cenderung mengganggu stabilitas politik
dan keamanan nasional, serta berlanjut manjadi bentrokan antara mahasiswa dan
aparat keamanan.Aksi mahasiswa yang terjadi sepanjang Mei 1998 menemukan
momentum pada tanggal 12 Mei 1998 di Kampus Universitas Trisakti, Grogol,
Jakarta Barat. Kerusuhan massal yang dimulai di Jakarta 13 Mei 1998 merambat
hingga ke Solo, Jawa Tengah, praktis merepotkan aparat keamanan dalam
mengendalikan situasi.
Di sisi lain, masyarakat menganggap ABRI telah gagal
mengamankan ibu kota dari tindak kerusuhan dan penjarahan yang berlangsung
hingga tanggal 15 Mei 1998. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 adalah salah satu
bukti bahwa praktik kekerasan oleh negara dengan dalih menjaga stabilitas
politik dan keamanan menjadi bagian sejarah kelam bagi tegaknya HAM di
Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 merupakan suatu peristiwa yang
benar-benar terjadi saat itu.Kasus yang terjadi dengan sengaja untuk
menciptakan suatu keadaan yang tidak terkendali dengan tujuan untuk
menginginkan perubahan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar
belakang masalah, maka rumusan masalah yang disusun dalam makalah ini adalah :
1.
Penyebab terjadinya kerusuhan Mei
1998?
2.
Apa saja krisis
yang terjadi pada saat
kerusuhan Mei 1998?
3.
Apa saja peristiwa yang terjadi pada
bulan Mei1998?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui bagaimana penyebab
peristiwa kerusuhan Mei 1998.
2.
Memaparkan semua krisis
yang terjadi pada saat
kerusuhan Mei 1998.
3.
Mengetahui berbagai peristiwa
kerusuhan Mei 1998.
1.4
Manfaat Penelitian
a. Bagi
Siswa diharapkan dapat :
1)
Mengetahui peristiwa kerusuhan Mei 1998.
2)
Meningkatkan rasa persatuan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
3)
Menghormati sesama warga negara.
b. Bagi
Guru diharapakan dapat :
1)
Digunakan sebagai reperensi untuk
menemukan metode belajar baru yang efektif.
2)
Meningkatkan profesionalisme guru.
c. Bagi
orang tua diharapkan dapat :
1)
Memperhatikan dan memonitoring anaknya
dalam bergaul.
2)
Memicu orang tua untuk belajar
kecanggihan teknologi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penyebab
terjadinya kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan
Mei 1998 adalah kerusuhan
yang terjadi di Indonesia pada 13
Mei-15
Mei1998,
khususnya di Ibu Kota Jakarta
namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia
dan dipicu oleh tragedi Trisakti
di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti
ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.Dan penurunan jabatan
Presiden Soeharto.
2.2 Krisis yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998
1. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok
tertentu, bahkan lebih banyak dipegang oleh para penguasa. Keadaan seperti ini
mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya terhadap institusi pemerintah, DPR,
dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi.
Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang didukung oleh para
dosen serta para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti presiden,
reshulffe cabinet, dan menggelar Sidang Istimewa MPR dan melaksanakan pemilihan
umum secepatnya. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di
segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dan MPR yang dipandang sarat dengan
nuansa KKN. Gerakan Reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap
lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di
antaranya:
·
UU No. 1 Tahun
1985 tentang Pemilihan Umum.
·
UU No. 2 Tahun
1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR/MPR.
·
UU No. 3 Tahun
1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
·
UU No. 5 tahun
1985 tentang Referendum.
·
UU No. 8 tahun
1985 tentang Organisasi Massa.
Namun, setahun
sebelum pemilihan umum yang diselenggarakan pada bulan Mei 1997, situasi
politik dalam negeri Indonesia mulai memanas. Pemerintah Orde Baru yang
didukung oleh Golongan Karya (Golkar) berusaha untuk memenangkan secara mutlak
seperti pada pemilu sebelumnya. Sementara itu, tekanan-tekanan terhadap
pemerintah Orde Baru di masyarakat semakin berkembang baik dari kalangan
politisi, cendikiawan, maupun kalangan kampus.
Keberadaan
partai-partai politik yang ada di legislatif seperti Parta Persatuan
Pambangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI), dianggap tidak mampu menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Krisis politik sebagai factor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu,
menyebabkan munculnya tuntutan masyarakat yang menghendaki reformasi baik dalam
kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan di Indonesia. Masyarakat juga
menginginkan agar dilaksanakan demokratisasi dalam kehidupan social, ekonomi,
dan politik. Di samping itu, masyarakat juga menginginkan aturan hukum
ditegakkan dengan sebenar-benarnya serta dihormatinya hak-hak asasi manusia. Di
dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah
terhadap oposisi sangat besar, terutama terlihat dari perlakuan keras terhadap
setiap orang atau kelompok yang menentang atau memberikan kritik terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah.
2. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD
1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pamerintah (ekskutif). Namun, pada kenyataanya kekuasaan kehakiman
berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, pengadilan sangat sulit
mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim harus melayani kehendak penguasa.
Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan
kebijakan pemerintah. Seringkali terjadi rekayasa dalam proses peradilan,
apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat atau para
pejabat Negara. Sejak gerakan reformasi muncul, masalah hukum juga menjadi
salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum
agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang
sebenarnya. Reformasi hukum harus secepatnya dilakukan karena merupakan
tuntunan agar siap menyongsong era keterbukaan ekonomi dan globalisasi.
3. Krisis
Ekonomi
Jelas seperti yang sudah disinggung diatas, krisis moneter yang melanda
Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai
tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan
berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter
Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan likuidasinya sejumlah bank pada
akhir tahun 1997. Dalam perkembangan berikutnya, nilai rupiah melemah dan
menembus angka Rp 10000,- per dollar AS. Kondisi ini semakin diperparah oleh
para spekulan valuta asing baik dari dalam maupun luar negeri yang memanfaatkan
keuntungan sesaat, sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bartambah buruk.
Memasuki tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas
ekonomi lainnya. Banyak perusahaan yang tidak mampu membayar utang luar
negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan, banyak perusahan yang mengurangi atau
menghentikan sama sekali kegiatannya. Angka pengangguran meningkat, sehingga
daya beli dan kualitas hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah. Kondisi
perekonomian semakin memburuk karena pada akhir tahun 1997 persediaan sembilan
bahan pokok (sembako) di pasaran mulai menipis. Kelaparan dan kekurangan
makanan mulai melanda masyarakat, seperti di Irian Barat, Nusa Tenggara Timur,
dan termasuk di beberapa daerah di Pulau Jawa. Faktor lain yang menyebabkan
krisis ekonomi Indonesia tidak terlepas dari masalah utang luar negeri,
penyimpangan terhadap Pasal 33 UUD 1945, dan pola pemerintahan yang sentralistik.
4. Krisis
Kepercayaan
Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto. Berbagai aksi
damai dilakukan para mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi yang dilakukan oleh
para mahasiswa itu semakin bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan
kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggl 4 Mei 1998.
Tuntutan akan reformasi semakin meningkat seiring semakin memburuknya
krisis ekonomi yang meluas menjadi krisis multidimensional dan semakin jelas
bahwa Rezim (Orde Baru) tidak mampu mereformasikan diri. Amien Rais dan
Muhammadiyah merupakan salah satu pengecam paling menonjol pada tahap ini.
Demonstrasi mahasiswa semakin marak. ABRI membiarkan selama demonstrasi
dilakukan di dalam kampus (Ricklefs, 2008: 689).
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan
oleh mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998
demonstrasi mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk
Jakarta, sampai akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar
pertama kali adalah pada tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun
Jakarta karena mahasiswa dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB
ditolak masuk ke dalam kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat.
Saat itu demonstrasi gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tingi di
Jakarta merencanakan untuk secara serentak melakukan demonstrasi turun ke jalan
di beberapa lokasi sekitar Jabotabek. Namun yang berhasil mencapai ke jalan
hanya di Rawamangun dan di Bogor sehingga terjadilah bentrokan yang
mengakibatkan puluhan mahasiswa luka dan masuk rumah sakit.
Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi
tampaknya sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi
sejak mereka berani turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa
Trisakti melakukan demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai
Presiden Indonesia saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal orde
baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda
krisis sejak tahun 1997.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR
di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus
dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan
itu berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti
meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah
sakit karena terluka.
Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk
dan melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh
kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa.
Jakarta geger dan mencekam.
Mahasiswa-mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, Hery Hartanto.
Mahasiswa-mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, Hery Hartanto.
2.3 Peristiwa yang terjadi pada
bulan Mei1998
Kasus-kasus Kerusuhan Mei 1998
a. Demonstrasi Mahasiswa
Pada bulan Januari 1998, aksi-aksi
dilakukan oleh berbagai kelompok seperti mahasiswa baik kelompok Cipayung
maupun Non Cipayung, koalisi LSM, Ormas dan kelompok pemuda dan buruh. Lokasi
aksi umumnya adalah kantor instansi pemerintah dan kampus. Bulan April, jumlah
aksi terus bertambah.Bentrok dengan aparat pun mulai meningkat.Isu politik
semakin meningkat.Tuntutan reformasi, anti KKN dan menurunkan Soeharto semakin
gencar. Dukungan masyarakat semakin
bertambah, begitu juga dari kelompok profesional. Pada bulan Mei, aksi
mahasiswa telah semakin meningkat, terlebih setelah pemerintah karena kenaikkan
harga BBM dan terjadinya penembakan di Trisakti yang diikuti oleh kerusuhan di
berbagai kota.
b. Insiden Trisakti
Usai mengikuti orasi-orasi hingga
siang hari mahasiswa mulai bergerak ke luar kampus melalui jalan S.
Parman.Mahasiswa menuntut long march ke Gedung DPR/MPR Senayan untuk
menyampaikan aspirasi mereka. Mereka diblokir oleh dua lapis aparat kepolisian
lengkap dengan tameng dan pentungan di depan Kantor Walikota Jakarta Barat,
mahasiswa di bawah pimpinan Ketua SMUT, Julianto Hendro Cahyono, meminta aparat
mengizinkan mereka ke Senayan dalam aksi damai. Aparat keamanan dari pasukan
Pengendalian Massa menolak tuntutan itu.Sejumlah mahasiswi membagikan bunga
mawar pada aparat sebagai tanda damai.
Ketika rombongan mahasiswa sedang
bergerak kembali ke dalam kampus, terjadi provokasi oleh seorang yang mengaku
alumni Universitas Trisakti yang kemudian diketahui bernama Mashud. Mahasiswa
menuduh Mashud sebagai intel yang mau memprovokasi mereka dengan cara mengejek
dan memancing kemarahan. Mahasiswa sempat terpancing dan mengejar Mashud yang
masuk ke barisan aparat keamanan untuk meminta perlindungan. Kemudian terjadi
dorong-mendorong antara massa dan pasukan. Selain dikejar, diburu, ditendang
dan diinjak oleh aparat keamanan, korban yang paling banyak berjatuhan adalah
korban karena tembakan.Laras senapan aparat keamanan secara sporadis diarahkan
kepada mahasiswa, aparat keamanan melakukan penembakan membabi buta. Sebagian
aparat yang mengambil posisi di atas jembatan layang mengarahkan tembakan kea
rah mahasiswa di dalam kampus.Dari sinilah banyak berjatuhan korban luka dan
meninggal dunia.
c. Penjarahan diberbagai Wilayah
Keusuhan hari pertama ini umumnya
terjadi di daerah Jakarta Barat, di sekitar Jalan KH Hasyim Asyari, lampu merah
Roxy, Jalan KH Mochammad Mansyur, kemudian menyebar menyebar ke Bendungan Hilir
Raya, Tanah Abang dan ke arah Bandara Cengkareng.
Penjarahan dan kerusuhan dilakukan
disiang hari di daerah Grogol dekat kampus Trisakti. Karena jalan ke arah
Grogol banyak diblokir akhirnya massa beralih ke Jalan Daan Mogot, Pesing,
Cengkareng hingga perbatasan Jakarta-Tanggerang. Perusuh membawa computer, televisi,
kulkas dan umumnya barang-barang elektronik. Perusuh yang lain melampiaskan
kemarahan dengan membakar barang-barang yang dikeluarkan ke jalan-jalan bersama
sejumlah mobil dan motor yang tengah parkir. Mobil-mobil di jalan ke arah
Bandara Soekarno Hatta dihentikan dan penumpangnya diperas perusuh.
Beberapa toko dan ruko di Jalan
Hasyim Asyari habis dijarah dan dibakar massa. Beberapa kantor bank dilempari
batu. Kalangan etnis Tionghoa dan kalangan orang berada (orang-orang kaya)
menjadi sasaran. Di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, massa telah menjarah
pertokoan, toko-toko juga dilempai batu, batu dan benda apa saja yang tersedia.
Gumpalan asap hitam menyelimuti langit kota Jakarta Ketika senja tiba, sebagian
massa mulai meninggalkan jalan dan kembali ke rumah masing-masing.
d. Pemerkosaan Terhadap Etnis Tionghoa
Berbagai tindakan akibat sentiment
rasial terjadi dalam berbagai bentuk.Mulai dari bentuk makian, hinaan, hingga
dalam bentuk perusakan, penjarahan/perampasan, pembakaran, dan penganiayaan,
pelecehan, pemerkosaan, hingga pembunuhan.Berbagai bentuk tindakan-tindakan
yang disertai ekspresi kebencian atau anti terhadap etnis tionghoa terjadi pada
semua wilayah, khususnya wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta
Selatan. Sentiment rasial yang terjadi saat itu membuat orang-orang dari etnis
tionghoa menjadi incaran massa saat itu, tidak hanya itu pemerkosaan dan
pembunuhan yang dilakukan terhadap etnis tionghoa pun membuat para kelompok
tersebut merasa terdiskriminasi.
e. Penculikan Aktivis
Menjelang SU-MPR (1-11 Maret 1998),
sebelum Mei 1998, terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivis mahasisswa, LSM,
Ormas dan partai antara Februari hingga Maret 1998. Penculikan diiketahui
dilakukan oleh Tim Mawar, tim yang dibentuk oleh Komandan Batalyon 42, Group IV
Kopssus, Mayor Bambang Kristiono atas perintah Letjen Prabowo Subianto. Tim
Mawar mengembangkan perintah Danjen Kopassus dengan menangkap sembilan orang
aktivis.Kasus penculikan tidak dapat dipisahkan dari situasi keamanan,
khususnya di ibukota. Pada faktanya, walaupun nama orang-orang yang telah
diculik berkaitan dengan nama-nama organisasi (KNDP, PRD, PIJAR, ALDERA, PDI
Megawati dan lainnya) yang dianggap bermasalah dan berpeluang membahayakan
keamanan masyarakat dan Negara, sebagian besar dari orang-orang tersebut
diculik setelah SU-MPR selesai dilaksanakan. Oleh karena itu terdapat kesulitan
untuk memastikan bahwa orang-orang yang diculik tersebut hanya berkaitan dengan
pengamanan SU-MPR.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Penelitian
tentang “kerusuhan Mei tahun 1998” dilakukan dengan metode kualitatif.Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan
untuk penelitian generalisasi.
3.2 Lokasi Penelitian
Tempat :SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN
a.
Perpustakaan
SMAN 2 TANGERANG SELATAN
b.
Kelas XI IPS
2 SMAN 2 TANGERANG SELATAN
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 minggu,
mulai bulan Mei sampai dengan tanggal 24 Mei 2016.
a.
Pada
hari Selasa tanggal 03 Mei 2016
b.
Pada
hari Selasa tanggal 10 Mei 2016
c.
Pada
hari Selasa tanggal 17 Mei 2016
3.4 Sumber Data
Dalam
penelitian ini, kita menggunakan metode sumber data sekunder. Data sekunder
merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada,
selanjutnya dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Penelitian
ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam data dari internet. dan kelompok kami mendapatkan sumber data bukan hanya
internet
3.6 Teknik Analisis
Data
Analisis
data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu masalah yang ingin dijawab.Melalui serangkaian
aktivitas tersebut, kami mengambil data dari halaman web yang merupakan salah satu
dari teknik pengumpulan data kualitatif.Dalam penelitian sering digunakan data
yang berasal dari halaman suatu website. Seperti halnya data dari buku, data
dari halaman web tersebut dapat digunakan dalam pengolahan data bersama data
yang lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Penyebab Kerusuhan Mei 1998
Menurut
Laporan Tim Pengkajian Laporan Akhir TGPF Tentang Kasuus Kerusushan 13-15 Mei
1998 menyebutkan bahwa: “Pola Umum kerusuhan dimulai dengan berkumpulnya massa
passif yang terdiri dari massa lokal dan massa pendatang, kemudian muncul
kelompok provokator yang memancing massa dengan berbagai modus tindakan seperti
membakar ban atau memancing perkelahian, meneriak yel-yel yang memanaskan
situasi, dan merusak rambu-rambu lalu lintas. Setelah itu provokator mendorong
massa untuk melakukan perusakan bangunan, disusul dengan penjarahan serrta di
beberapa tempat disertai pembakaran bangunan”.Kerusuhan ini bermula didaerah
Jakarta barat didaerah sekitan kempus Trisakti.Esoknya pada tanggal 14 Mai
1998, kerusuhan ini makin meluas antara pukul 08.00 hingga 10.00.Dari pola
kerusuhan ini terlihat dengan jelas bagaiamna aktor lapangan bermain dnegan
sangat rapih dan baik.Hal ini membuktikan bagiaman sistematisnya kerusuhan
tersebut dirancang.Dengan demikian, makin kuat dugaan bahwa kerusushan ini
merupakan salah sati kejahatan kemusiaan yang bersifat sistematis dan meluas.
4.2 Krisis yang terjadi pada Mei 1998
Penjelasan mengenai
penyebab krisis, beberapa faktor dinilai sebagai pemicu atau awal mula
timbulnya kondisi yang berbahaya sehingga krisis mulai terjadi dan kemudian
berlanjut secara berlarut-larut. Faktor yang menjadi pemicu dari semua krisis yang
terjadi disebabkan oleh krisis ekonomi Ada beberepa sebab terjadinya
krisis ekonomi tahun 1998 diantaranya adalah stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya
berjangka pendek yang telah menciptakan “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk
oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para
menteri dibidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi
besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.
Pemerintah sama sekali tidak memiliki mekanisme pengawasan terhadap hutang yang dibuat oleh sector swasta Indonesia. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius.Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998).Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia.Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.Tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.
Pemerintah sama sekali tidak memiliki mekanisme pengawasan terhadap hutang yang dibuat oleh sector swasta Indonesia. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius.Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998).Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia.Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.Tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.
Perkembangan situasi politik telah makin menghangat
akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar dampak
krisis ekonomi pula. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan
politik luar biasa saat rezim Soeharto hendak tumbang.Begitu sulitnya
merobohkan bangunan rezim Soeharto sehingga harus disertai pengorbanan besar
berupa kekacauan (chaos) yang mengakibatkan pemilik modal dan investor kabur
dari Indonesia.Pelarian modal besar-besaran (flight for safety) karena
kepanikan politik ini praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang dipicu
oleh pertimbangan ekonomi semata (flight for quality). Karena itu, rupiah
merosot amat drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan
1997) menjadi level terburuk Rp17.00 per dolar US.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah didapatkan,maka dapat disimpulkan perstiwa Kerusuhan mei 1998 adalah
suatu peristiwa yang tidak lepas dari aspek politik yang terjadi saat
ini.Adanya perebutan kekuasaan yang terjadi banyak dibicarakan dimedia
yaitu,adanya isurivalitas antara kedua petinggi negara saat itu,adanya kepentingan-kepentingan
golongan dimana melakukan suatu tindak penculikan terhadap aktivis
mahasiswa,penculikan ini merupakan kerja politikyang kuat untuk mempertahankan
kekuasaan melalui keunggulan monopoli alat-alat kekerasan,dengan kata lain
kasus penculikan merupakan operasi intelejen dari sebuah design politik untuk
mengamankan jakarta yangsaat itu kerusuhan sudah tidak terkendali.Hubungan
sipil dan militer yang awalnya baik menjadi tidak harmonis karena sipil
dianggap pro demokrasi yang menentang rezim penguasa saat itu sehingga
dilakukannya pengamanan dengan menculik para aktivis mahasiswa.Transisi
demokrasi dari rezim otoriter ke rezin demokrasi merupakan ladangnya
pelanggaran HAM saat itu.Banyaknya tindakan pelangaran HAM saat itu dianggap
menentang penguasa. Kerusuhan Mei 1998 merupakan tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menurunkan rezin otoriter saat itu
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment