BAHAGIA ITU SEDERHANA
Oleh: Ahmad Syahrul
Tiga
tahun berlalu, aku baru saja melewati baju putih biru. Kini aku duduk di bangku
SMA, di salah satu sekolah ternama di kotaku. Pada hari senin di Minggu kedua
ku sekolah, untuk yang kesekian kalinya kembali kekebiasaan setiap pagi sebelum
berangkat sekolah. Kalau sudah pagi, suara Ibuku terdengar sampai ke ujung
kampung sebelah.
“Aldiiiiiiiiiiii!
Ya Allah, ini anak ye, kerjaannya tidur
mulu.. Aldiii! Bangun lu!,” teriak Ibuku dengan suaranya yang cetar membahana.
“Iya,
maaa. Aldi udah bangun kok”, jawabku dengan suara yang masih terbata-bata,
dengan mata yang bengkak karena baru bangun tidur.
Aku
adalah seorang anak yatim sejak ayahku meninggal sewaktu aku masih kecil dulu. Sekarang
hanya ada aku dan Ibu di rumah. Aku tumbuh menjadi pemuda yang cuek, tak
perduli dengan gaya hidupku. Meskipun aku begitu, Ibuku sangat menyayangi aku, karena
aku adalah anak yang baik dan patuh dengan orang tua.
Setelah
aku selesai mandi, aku keluar dari kamar dengan memakai seragam SMA dan membawa
tas selempang yang sering aku gunakan untuk sekolah. Berharap, ada makanan di
meja makan, ternyata dugaanku meleset.
“Ma?”
panggilku.
“Iya
nak, ada apa? Mama lagi sibuk, nih”, jawab mama lembut.
“Kok
gak ada makanan sih, mah?,” tanyaku dengan raut wajah kecewa.
“Aduh,
nak. Maafkan ibumu, Ibu tidak bisa memasak makanan untukmu pagi ini karena
persediaan beras dan sayur habis. Ibu lupa belanja kemarin,” sahut Ibu sambil
mengusap kepalaku.
“Iya,
bu, tidak apa-apa nanti Aldi beli sarapan di sekolah saja,” jawabku dengan
wajah sedih,
Dengan
langkah kecil yang dipercepat, aku segera mengeluarkan sepeda yang berada di dalam kamar. Kemudian aku pun
berpamitan kepada ibuku untuk berangkat ke sekolah. Sayangnya,
sesampainya di sekolah, aku benar benar terlambat datang, pagar sekolah
terkunci rapat dan suasana sekolah sedang melaksanakan upacara bendera hari senin.
Setelah selesai upacara aku bersama teman-teman lainnya diijinkan masuk dengan
syarat menulis dua lembar kertas berisi tulisan perjanjian agar tidak datang
terlambat lagi. Koridor sekolah Nampak lengang, aku masih terus berlari
menyusuri jam pertama di kelasku sekarang adalah Matematika.
Aku
mengintip dari balik pintu kelas. Yang aku lihat adalah sosok ibu guru
berkacamata dan memiliki tatapan tajam setajam silet. Yap! Dia Ibu Yunita, guru
matematika ku yang terkenal killer. Dan aku akhirnya mendapatkan teguran dari
sang guru.
“Aldi kenapa
kamu terlambat lagi untuk kedua kalinya dipertemuan jam pelajaran saya?” Tanya
Ibu guru dengan tegas.
“maaf
kan saya bu, saya tidak akan mengulangi nya lagi, saya janji bu, jangan hukum
saya Bu...” Jawab aku dengan wajah tertunduk takut.
Pada akhirnya
aku pun tetap mendapat hukuman dijemur dilapangan sambil hormat kepada bendera
merah putih. Lagi dihukum, tiba-tiba seorang cewek berjilbab cantik lewat.
Langsung saja mata aku mengikuti gerak perginya
dan bertanya-tanya, siapakah cewek secantik bidadari ini? mata aku tidak
terlepas dari bayang bayang cewek itu dan hatiku berbunga-bunga. Memasuki jam
istirahat, aku kemudian langsung lari menuju kantin dengan tergesa gesa karna
aku belum sarapan tadi pagi. Aku pun masih memikirkan cewek tadi pagi yang
melintas dihadapanku.
Hari
ini pun sudah berlalu.
Keesokan
harinya aku pun mempromosikan kepada teman-temanku, kalau aku sedang membuka
bisnis baru yaitu berjualan pulsa. Usaha ini aku sudah tekuni sejak bersokalah
di bangku SMP. Tidak lama kemudian Riri temannku sedang membutuhkan pulsa untuk
menelpon orang tuanya.
“Aldi,
lo jual pulsa kan, gue mau beli dong, ada ga?.” Tanya Riri.
“Iya
betul, ada kok, lo mau beli yang berapa?.” Sahut diriku dengan penuh semangat.
“Mmm,
gue mau pulsa yang Rp.50.000 dong ada ga, ini nomernya ya 081297789976”. Tanya
Riri lagi.
“Ohh
oke siap, ada kok, tungggu ya, gue kirim dulu”. Jawab aku sambil men-transfer
pulsa kepada Riri.
“Riri
sudah gue kirim ya, coba di cek sudah masuk belum pulsanya?”.tanya diriku, dengan
penuh keyakinan.
“Ohh
oke, pulsanya sudah masuk aldi, terima kasih ya, ini uang nya”. Sahut Riri
sambil membayar pulsa.
“Iya
sama-sama, makasih juga ya Riri”.
Diwaktu
istirahat sekolah, aku menyempatkan diri untuk curhat pada diary yang aku tulis
dimemo hpku.
“Hari demi hari pun aku lewati dengan
meneruskan jejak karir bisnis jual pulsa. Menurutku pekerjaan ini lumayan seru.
Diem tapi bisa dapet uang. kerjaanya Cuma mengirim sms saja. Lagi dirumah, lagi
di sekolah, lagi jalan pun bisa mengirim sms.
Keuntungannya si tidak seberapa, tapi asik dapet uang dari usaha sendiri”.
curhatan ku pada
diary di handphone ku.
Jam
menunjukan pukul 10 matahari masih diantara 50°
kemiringan bumi. Burung-burung pun kembali ke sarangnya untuk beristirahat sejenak
untuk kembali berburu disiang harinya. Aku pun sama kembali masuk kelas karna
jam istirahat sudah berakhir, aku kembali melakukan aktivitas belajar di dalam
kelas.
“Dddddrrrrrtttt…, PING!!!”, suara notifikasi BLACKBERY
MESSANGER terdengar dari kantong
celanaku, aku pun bergegas mengambil hp dan membaca pesan bbm itu.
“Hi, Aldi, beli pulsa
dong yang 100 ribu kirim ya ke nomer 089695232176 nanti ya uangnya gue
transfer”. Tanya temanku Ara dari dalam pesan bbm.
“Iya Ra siap, tunggu ya bentar”. Jawab aku dengan singkat.
“Iya Aldi”.
“Ara pulsanya sudah gue kirim ya,
makasih ya”. Tanya
aku dengan senyum sendiri.
“Iya Aldi, terima kasih juga, uangnya
akan segera ditransfer”.
Tepat
jam 16.00 sore ketika hendak pulang sekolah, aku menuju tempat favorit ku untuk
membuat sebuah perubahan pada diriku dan memotivasi agar selalu menjadi orang
yang baik dan bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Aku berkata
dalam hati “gue seharusnya sudah memulai
untuk mebiasakan diri untuk hidup mandiri, jangan terus bergantung pada orang
tua, Ibu sudah susah payah untuk membiayai gue untuk sekolah, mulai hari ini
ini gue harus tambah rajin gak males
malesan, rajin beribadah, rajin sekolah, rajin dalam mencari kebaikan, rajin
menabung, rajin belajar, makin rajin jualan pulsanya dll”. Sudah 1 jam aku
menyendiri, ditemani makanan dan minuman es kelapa membuat ku semakin bertekad
untuk semakin menjadi lebih baik. Waktu semakin sore malam pun akan segera datang
dan aku pun pergi meninggalkan tempat favoritku untuk pulang menuju kerumah.
Malam
pun sudah datang, bulan menyinari langit malam yang indah. Tak terlepas dari
kebiasaan ku kalau sudah malam untuk menyiapkan buku, mengerjakan tugas sekolah
dan mencatat hasil penjualan pulsa pada hari ini. Kataku “dipikir-pikir keuntungan hasil penjualan ini juga sangat membantu ku
untuk bisa membeli suatu barang yang sudah kuinginkan dari waktu ku masih
bersekolah di SMP”. Setelah selesai, aku pun bersiap untuk tidur dan berharap
memimpikan wanita cantik yang kutemukan di sekolah yang baru ini.
****
Satu
tahun pun berlalu begitu cepat tidak terasa bahwa baru kemarin ku masuk SMA dan
mendapatkan teman baru. Pada hari ini aku sudah naik ke kelas 11, rasanya
bangga sudah berhasil melewati masa sulit, sedih dan bahagia di kelas 10.
Tanggal ini bulan ini hari ini jam ini ku catat di dinding kamarku, kutulis “lakukan perubahan secara perlahan tapi
pasti”. Hari ini adalah hari minggu, seperti biasanya setiap hari minggu
aku menghabiskan waktu weekend dengan menonton film, mengerjakan PR, bermain Play Stasion dirumah sambil menyantap
cemilan-cemilan yang tersedia dirumahku.
Aku
mulai menginginkan suatu barang yang kuharus miliki. Tetapi, apapun yang aku
inginkan tak pernah Ibu turuti dengan mudah. Terkadang terlintas dipikiranku
ibuku pelit !. Apapun yang aku inginkan aku harus beli sendiri. Aku berharap Ibuku dapat membelikannya dan mengerti apa
yang ku sangat inginkan saat ini. Aku
memberanikan diriku untuk berkata apa barang yang kuinginkan, saat ibu
sedang bersantai di ruang keluarga. Aku langsung menghampirinya.
“Mah...”
Sapa aku kepada Ibu.
“Iya
kenapa sayang”
“Mah..Aldi
boleh tidak, meminta beliin sesuatu barang yang aku sangat inginkan” Tanya aku
dengan penuh ke khawatiran.
“Boleh-boleh
saja nak, tapi Ibu tidak bisa membelikan kamu barang yang terlalu mahal, kamu
juga kalau ingin beli barang yang kamu inginkan pakai uangmu sendiri dan ibu
hanya bisa menambahkan uangmu yang kurang saja, sebenarnya kamu ingin beli apa?”
Tanya balik Ibu kepadaku.
“Mah..kalau
aku sudah menjawab, Ibu jangan melarang dan marah ya kepadaku, janji ya?
“Iya
nak Ibu janji, ibu gak akan marah dan melarang kamu, tapi itu kalau sesuatu
barang yang baik, berguna dan bermanfaat ya.”
“Iya Bu,
aku tuh sebenarnya sudah menginginkan barang ini sejak aku SMP dulu, dan sampai
saat ini kau pun masih menginginkan barang itu.”
“Kamu
mau beli apa sih nak, Ibu jadi bingung dari tadi kamu belum menjawab intinya.“
Jawab Ibu semakin penasaran.
“Aku
mau beli…(aku jadi takut dan gugup) aku mau beli motor vespa Bu.” Jawab aku
Semakin takut.
“Yaaaa
ampunn nak, kenapa gak bilang aja, kenapa harus basa basi dulu sih, Ibu udah
penasaran dari tadi loh. Jadi, kalau kamu kalau ingin beli motor vespa pakai
uang mu sendiri nanti kalau kurang uangnya Ibu tambahkan, tapi Ibu hanya bisa
menambahkan uang itu tidak banyak.” Jawab Ibu.
“Iya Bu
aku mengerti akan hal itu, aku sekarang sudah mempunyai uang sebanyak Rp
6.500.000,- . kemarin aku ditawari oleh yang mau jual motor vespa, ia
menjualnya dengan harga Rp 7.500.000,- bisa nego. Gimana menurut Ibu?.”
“Waduhh..kamu
kok punya uang sebanyak itu dari mana? Yaudah kamu boleh beli motornya tapi
kamu pastiin dulu biar barang jelas dan harga sudah ditentukan, jadi nanti ibu
bisa menambahkan uang kamu yang kurangnya berapa”
“Aku
punya uang sebanyak itu karena aku menabung sejak SMP dan aku juga menabung sebagian
uang hasil bisnis pulsa Bu. wahhh..serius Bu, Ibu gak bohong kan. Aku akan
Tanya kepastian harga dan barangnya besok.” Jawab aku dengan penuh kegembiraan
untuk hari ini.
“Hebat
nya anak Ibu, kamu pinter mengatur uangmu sendiri, iya Ibu janji”
“Iya
Bu, terima kasih.”
Hari
pun berlalu, hari ini aku memulai untuk menanyakan melalui BBM tentang harga dan kondisi motor vespa yang
akan ku beli. Akhirnya aku sudah mendapatkan kepastian dengan sang penjual. Kemudian
dihari ini juga aku dan Ibuku berangkat untuk menuju rumah si penjual motor
vespa. Sesudah sampai, kami berbincang-bincang dan bernegosiasi sekitar 2 jam
lamanya untuk benar-benar mendapatkan kepastian antara aku, Ibu dan si penjual.
Selama
perdebatan yang panjang, akhirnya si penjual menyerahkan motornya dengan harga
Rp 7.000.000 (tujuh juta rupiah). Kemudian aku dan Ibuku mengobrol sebentar.
“Aldi kamu
yakin mau motor itu, dengan harga segitu?”.Tanya Ibuku.
“Iya Bu,
Aku bener-bener pengen motor itu karna aku sangat suka dengan motor vespa itu.”
Jawab aku dengan semangat membara.
“Iya
sudah, Ibu tambahkan uang mu Rp 500.000 ya. Kamu kalau sudah punya motor vespa
jangan pernah nyesel ya, karena ini keinginan dan keputusan yang sudah kamu
ambil.” Ibuku menjawab dengan kata-kata untuk menyakinkanku.
“Iya Bu,
(aku sedikit berfikir)… Aku gak akan pernah menyesal untuk hari ini dan esok,
aku sudah berfikir matang-matang untuk hal ini Bu.”
“Iya
sudah.”
Ibu
pun berkata ke si penjual. “Iya sudah saya setuju dengan tawaran anda 7.000.000
ini uangnya.” Penjual pun mengambil uang nya kemudian menulis sebuah perjanjian
diatas kuitansi yang sudah tertera materai. Lalu penjual, ibuku dan aku
menandatangani kuitansi itu kemudian transkasi pun selesai. Aku pun langsung
membawa motor vespa menuju kerumah bersama Ibuku.
Entah
apa saat ini yang sedang aku rasa, aku saat ini hanya tersenyum bahagia melihat
motor vespa baru ku. Vespa itu, mengajarkan aku selalu berusaha untuk
mendapatkan apa yang aku mau dengan usahaku sendiri. Aku harus berusaha, tidak
boleh bergantung kepada orang lain. Menurutku,“Hidup itu mudah, jika kita menjalankannya dengan ikhlas. Tapi
hidup akan menjelma menjadi rumit, ketika kita mempersulitnya”.
curhatan ku pada diary di
hpku.
Jam
menunjukan pukul 05.00 matahari belum terlihat jelas. Aku sudah terlepas dari
kebiasaan burukku di setiap harinya. Aku mulai berubah sedikit demi sedikit. Aku
jadi suka bangun tidur sendiri tanpa harus dibangunkan oleh ibuku. Aku jadi
rajin beribadah, tiap hari sholat berjamaah di masjid kampung. Ibuku sampai
kebingungan, “ Aldi sudah beda banget dengan yang dulu.” Ucap Ibuku.
Hari
ini adalah hari senin, hari perdana ku membawa motor vespa yang kuberi nama
“Vebi (Vespa Biru)”. Aku segera menaiki motor vespa baruku yang sudah terparkir
di depan rumah. Awalnya aku malu dan gengsi untuk membawa motor baruku ini,
tapi Ibuku menasihatiku “mengapa harus
malu kalau itu kendaraan milikmu, jangan malu kalau kita miskin, malulah ketika
kita berpura-pura kaya.” Ucap Ibuku membuat ku sedikit sedih dan terharu. Setelah
berpamitan kepada ibuku. Aku segera melaju dengan vespa biru yang menjadi
kesayanganku, yang mengeluarkan asap kenalpot yang luar biasa mencemari udara
pagi menyusuri jalanan menuju sekolah. Setelah sampai sekolah, aku memarkirkan
motor vespa ku, kemudian aku membuka Hand
Phone untuk membaca pesan dari temanku Tania.
“Aldi, gue beli pulsa dong yang 50
ribu kirim ke nomer 081234675989, cepet ya butuh banget nih.” Pesan
singkat yang dikirim Tania.
“iya siap kakak” Balas pesanku.
Sesudah
mentransfer pulsa kemudian aku berjalan dari parkiran motor sambil membawa helm
menuju kelas. Hari ini aku sudah tidak terlambat lagi. Bel sekolah kemudian
berbunyi menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Didalam kelas
aku masih banyak teman baru yang belum aku kenal. Aku memulai memberanikan
untuk berkenalan dengan teman satu persatu lewat mmengobrol bersama walaupun
masih dibilang sok kenal dan sok dekat.
Esok
hari ada sebuah acara kegiatan sekolah, aku bertemu kembali dengan seorang
cewek berjilbab cantik yang menjadi misterius setelah aku tidak bertemu selama setengah tahun disekolah.
“Assalamu’alaikum.
Mas, numpang tanya. Kelas 11 IPS 2 yang ini?.“ Tanya cewek itu itu sambil
tersenyum kecil dan menunjuk ruangan kelas. Aku terpesona mendengar tutur kata
cewek itu. Suaranya lembut sekali seperti wajahnya dan orangnya kelihatannya
sopan dan sangat feminim.
“Maaf,mas.
Saya nanya, kelas 11 ips 2 kelasnya yang disini,kan?,” tanyanya lagi masih
dengan suara yang begitu lembut.
“Oh,
em..he, iya.. Maaf, yah saya terpesona…” ucapku tak sadarkan diri. Dengan cepat
aku langsung menutup mulutku karena tersadar dengan apa yang sudah kukatakan.
“Iya?terpesona?maksudnya
apa, ya?,”
“Oh
ngga, ngga kok. Oh, ya kenalin saya Aldi,” ucapku sambil menyerahkan tangan
kedepan seperti orang yang ingin berjabat. Cewek itu tersenyum lembut.
Saya
Mutia, siswa yang baru pulang dari pertukaran pelajar ke Jepang. Kamu kok duduk
sendiri saja disini sedang apa?.” Tanya balik Mutia kepadaku.
“Ohh
aku sedang menunggu temanku yang sedang kekantin.” Jawab diriku.
“Ohh,
ya sudah (tersenyum lucu) kemudian berpamitan untuk masuk kekelasnya.
“Mutia
tunggu.., boleh minta kontak hp atau pin bbm atau Id linekamu ?.” Tanya diriku.
“Ohh
iya boleh, ini ID line ku Mutiantik.”
“Baik,
terima kasih, salam kenal ya.”
Lalu Mutia
pergi memasuki ruang kelasnya, pandangan mataku tak lepas dari mutia. Beribu-ribu
kali aku mengakui kalu mutia itu cantik seperti bidadari di dalam hatinya.
Padahal selama ini aku tidak pernah suka sama cewek dan tidak pernah
berpacaran. Apalagi diriku selama ini kalau melihat cewek cantik biasa saja. Gadis
ini sedikit jutek, tapi baik. Aku sangat penasaran dengannya. Dia welcome,
tidak jual mahal. Dan gak ganjen kayak cewek-cewek lain yang aku kenal. “ah!
Ini dia gadis impianku.” Ucapanku
dalam hati dan kutulis dimemo hpku.
Aku
memulai percakapan dengan chat line Mutia, aku melakukan sebuah perkenalan
ulang. Aku dan dia terlihat akrab saat
ngobrol dan bercanda bersama. Namun seiring berjalan nya waktu aku dan dia
semakin dekat terutama sering bercakap bersama. Pada saat itu pula aku mulai
menaruh rasa pada Mutia, tetapi Mutia menganggap itu biasa aja, karena mutia
menganggap bahwa aku adalah teman yang asyik dan lucu saat ngobrol dan bercanda
bersama.
Setelah
jam pelajaran sekolah berakhir, aku bersiap untuk pulang menuju rumah bersama Vebi
“Vespa Biruku”. Tidak sengaja aku bertemu dengan Mutia di depan gerbang
sekolah. Aku pun menyapanya, kemudian aku mendapatkan ide untuk mengantarkan
mutia pulang kerumahnya berdua dan mengajak nya jalan-jalan sore hari. Dengan
rasa yang tidak enak, mutia menolak tawaran ku dengan baik-baik, “maaf ya Aldi aku sudah dijemput oleh
ibuku. Lain kali aja ya.” Tolak tawaranku dengan perkataan yang lembut. “Iya Mutia tidak apa-apa,” jawab diriku
dengan senyum kepadanya. Kemudian aku berjalan menuju parkiran untuk membawa
motor ku pulang bersama.
Sesampainya
dirumah aku kembali chat Mutia,
bertanya-tanya dan sedikit gombal, cerita dan modus. Aku merasa sangat senang
untuk hari ini, tidak tau kenapa diriku ini selalu memikirkan dia. Pikiran ku
saat ini, “Apakah Mutia hanya menganggap
aku sebagai seorang teman yang kekanak-kanakan dan lucu?, Sepertinya tidak, Mutia
senang dengan diriku karena aku pandai melawak dan suka menghiburnya disekolah.”
ucapan itu terucap dari dalam hatiku.
Walaupun hari ini gagal jalan bersama namun aku senang sudah bisa mengenal
dan menjadi teman baiknya. Dari kejadian itu, dengan kedekatanku berdua
akhir-akhir ini, membuat aku benar-benar jatuh cinta kepada Mutia. Tetapi hal
itu tidak membuat aku untuk terburu-buru dalam menyatakan perasaanku tersebut,
karena aku merasa bahwa Mutia sudah memiliki lelaki lain, dan aku juga merasa
bahwa Mutia menganggapku hanya teman dekat yang bisa diajak main bersama ketika
lelaki pilihannya tidak berada disampingnya.
Seiring
berjalannya waktu, setelah aku dan dia sudah mengenal lebih jauh dari mutia aku
menjadi seorang sahabat baiknya, aku semakin dekat, aku dan dia dipertemukan di
sekolah yang sama, tetapi kami berbeda kelas. Disetiap harinya kalau jam
istirahat atau jam pulang sekolah aku selalu bersamanya menemani hari-harinya
walaupun aku bukan orang spesial yang ada di hatinya hanya sekedar sahabat dan
teman dekat. Dengan kedekatan ini, timbullah rasa curiga dari teman-temanku dan
dia, bahkan ada yang menganggap bahwa aku dan dia memiliki hubungan, tetapi hal
itu tidak benar, melainkan aku dan dia hanyalah teman dekat dan sahabat saja.
Di Kemudian
hari aku mulai mencari tahu tentang seseorang gadis yang sedang kusuka saat
ini. Dan ada seorang teman dekatku yang mengetahui tentang segala hal mengenai
Mutia, ia adalah sahabatnya Mutia sejak smp, sebut saja namanya Aisyah. Suatu
saat aku bicara empat mata dengan Aisyah membahas tentang seorang Mutia, dan
dari hasil percakapan aku dan Aisyah, banyak hal yang Aisyah ungkapkan mengenai
Mutia. Setelah aku mengetahui banyak hal mengenai Mutia, aku mulai bertindak
dan berperilaku seperti biasa tanpa ada suatu beban yang aku miliki, walaupun
di dalam hatiku ada sedikit rasa sakit
hati dan kekecewaan terhadap Mutia.
Dengan
kejadian ini membuat aku merasa minder dengan apa yang telah dikatakan aisyah
tersebut. Dan pada suatu hari aku termenung dan menyadari bahwa semua hal yang
aku harapkan tidak sesuai dengan keinginanku, dan aku menganggap pupus sudah “harapanku”.
Hingga akhir-akhir ini aku sudah
jarang dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan Mutia. Setiap saat jika aku
dan Mutia bertemu, aku dan dia tidak menegur satu sama lain atau sekedar senyum
pun tidak dilakukan. Sehingga membuat Mutia merasa aneh Karena selama ini aku
tidak pernah mengacuhkannya seperti saat ini. Ketika jam istirahat sekolah aku
sengaja duduk di depan kelasnya, tidak lama Mutia pun menghampiriku. “Aldi..kamu kenapa sih sangat jutek terhadap
aku? apakah kamu marah denganku?.” Tanya Mutia dengan nada sedikit kesal. hingga
mulailah dan adanya lontaran pertanyaan dari Mutia, dan aku pun selalu bertanya
dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Mutia..
apakah kamu juga marah dengan saya ?”, namun Mutia hanya menjawab“tidak”, hingga lama-kelamaan hubungan
pertemananku mulai retak dengan timbulnya kejutekan masing-masing dari diriku
dan Mutia.
Tetapi beberapa hari kemudian hubungan
diriku dengan mutia membaik dengan adanya sosok dari sahabat cewek Mutia yaitu
Aisyah yang sudah kukenal sebelumnya. Aisyah yang hadir ditengah-tengah masalah
yang sedang terjadi ini dan disisi lain Aisyah juga menjadi seorang penengah
diantara aku dan Mutia. Aisyah mempertemukan diriku dan Mutia di taman sekolah.
Sesudah kami bertemu bertiga aku dan Mutia, Aisyah pun bertanya “kalian kenapa sih jadi jauhan gini, kenapa
masalah ini terus dibiarkan, seharusnya kalian menyelesaikannya jangan seperti
ini! Pertemanan kalian yang dulunya sangat baik, Cuma karna ada salah paham
membuat kalian jadi jauh gini, kalian jangan kayak anak kecil!” dengan hadirnya sosok Aisyah,
banyak hal yang ia jelaskan kepada diriku tentang Mutia begitupun sebaliknya.
Hingga banyak nasihat dan saran dari Aisyah, membuatku dan Mutia menyadari sebuah
kesalah pahaman ini. Hubungan antara aku dan Mutia pun membaik seperti
biasanya.
Dan akhirnya dengan adanya saran dan
dorongan dari Aisyah, itu membuat aku menjadi berani untuk meminta maaf atas
kesalahan ku yang menjauhi Mutia tanpa sebab yang jelas yang tidak diketahui
oleh Mutia dan aku meyakinkan perasaan ku tersebut.
Sepulang
sekolah, aku berjalan di belakang Mutia sambil menatapnya. Lama-lama, aku
memutuskan memberanikan diri untuk berbicara langsung sama Mutia. Saat aku dan
dia sudah melewati tempat parkir, aku memanggil Mutia.
“Mutia,
tunggu” panggil ku. Mutia berhenti sejenak kemudian berjalan lagi. Aku pun
segera berlari ke depan dan menghadang Mutia. Mutia sontak terkejut dengan
tindakan aku.
“Mutia,
aku mau bicara sama kamu. Sekarang!”
“Maaf,
Aldi. Aku buru-buru pulang, assalamu’alaikum,” pamit Mutia. Aku menahannya
lagi.
“Aku
bener-bener minta maaf kalau sikap ku sudah menyinggung perasaan kamu. Kemarin
sikap ku aneh dan berubah kekamu akhir
ini karena ini adalah kesalahan yang ku buat sendiri ini semua salah diriku,
aku tanpa sebab menjauh darimu, aku jaga jarak karna aku tau kalau kamu sudah
punya pacar. Aku takut kalau semakin lama kita dekat akan membuat aku dinilai oleh
orang lain merusak hubungan kamu Mutia.” Ucap diriku.
“Sudah
lah Aldi tidak usah minta maaf, ini juga salah diriku juga, aku memang sudah
punya pacar tapi apakah aku tidak boleh dekat dengan lelaki lain seperti
dirimu? Aku masih gak nyangka, kita yang dulu deket banget bisa jadi kayak
orang gak saling kenal gini! Aldi sekarang kita gausah bahas masalah ini lagi,
yah?lupain aja” jawab Mutia.
“Harus
dibahas, Mut! Aku gak mau kalau makin banyak teman-teman ku dan kamu salah
paham menilai kedekatan kita. Yaudah kita sudah saling memaafkan satu sama
lain. Dan aku saat ini tetap pada garis batasku. Tidak mendekat dan tidak pula
sengaja menjauh. Biar waktu yang membuktikan 1 takdir untuk kita. Bisakah kita
memulai pertemanan kita lagi dari awal, dari awal sejak kita kenal?.”
“iya Aldi,
kini aku sudah mengerti semuanya. Terima kasih sudah mau menjelaskan tentang
masalah ini. Sebenarnya kemarin-kemarin aku menjauh dari kamu karna yang
pertama aku bingung sikap kamu malah aneh, berubah sikap dan yang kedua aku memiliki
masalah dengan pacarku” Dengan kesedihan Mutia, Mutia menceritakan tentang
kekasihnya, kalau dia beberapa waktu lalu ia diputuskan oleh pacarnya. Kemudian Mutia
berpamitan kepadaku. “Maaf ya Aldi, aku harus pergi. Nanti kita lanjut lagi
ceritanya kalau ada waktu. Assalamu’alaikum”
“Iya Mutia, hati-hati dijalan yah, Waalaikumussalam”
Lalu mutia pergi meninggalkannku sambil melihatku dan
tersenyum indah. Aku pun membalas senyum ia dan terlintas didalam hatiku berkata
“Hubungan pertemanan ku sudah mulai
membaik tidak ada kata salah paham lagi di antara aku dan mutia. Aku sekarang
masih punya kesempatan untuk bisa memiliki hati mutia.”Ucap diriku dari dalam
hati. Terasa sudah lega dan tak ada beban lagi. Kemudian aku pun pulang
bersama motor kesayangan ku Vebi “Vespa biru”.
Disaat
aku chat bersama Mutia, aku ingin mengajak nya jalan-jalan dihari libur
sekolah. Namun aku berpikir kesekian kalinya apakah dia mau jalan-jalan naik
motor vespa tuaku?. Pertanyaan ini selalu menghantuiku.
Sejak
jatuh cinta kepada Mutia, aku semakin berubah sedikit demi sedikit. Hari demi
hari aku melakukan perubahan dari bersikap, berpakaian, perkataan, sampai nilai
pelajaran yang dulunya masih banyak nilai merah sekarang sudah semakin membaik.
Yang dulunya malas mandi sekarang sudah rajin mengurus badan dan apalagi
masalah akhirat juga aku tidak lupakan, aku sudah rajin sholat 5 waktu hampir
tidak pernah tertinggal ataupun terlewat.
Dan
sikapku yang tidak akan pernah berubah adalah setia kepada vespa tuaku yang
kuberi nama Vebi nama panggilan mesra buat Vespa biruku. Walau sekarang aku
sudah tambah ganteng dan bersih, vespa tuaku masih setia bersama diriku
kemanapun aku pergi. Bahkan vespaku sebagai teman curhat dan kegalauanku disaat
ada masalah. Bagiku, Mutia dan Vebi sama-sama istimewa untukku.
Jam
rumahku sudah menunjukan pukul 23.32 waktu sudah semakin larut malam. Aku masih
merencanakan bagaimana caranya agar aku bisa menyatakan cintaku kepada mutia
esok hari. Satu jam berlalu, akhirnya aku sudah selesai mempersiapkan dengan
matang cara ucapan, hadiah untuknya dan lain-lain. Tidak lama aku sudah merasa
sangat lelah kemudian Aku segera bergegas untuk tidur dan berharap mimpi indah
bersama mutia. “aminnn” ucap doa sebelum
tidur. Mata sudah hampir terlelap dalam tidur, temanku Doni mengirimkan pesan “Aldi sorry ganggu waktu tidur lo, gw mau
beli pulsa dong yang 20 ribu ke nomer 081399988169 ya makasih. Kalau udah tidur
besok pagi kirim ya. Duitnya besok disekolah.” Aku pun langsung mentransfer
pulsa kepada temanku Doni, setelah berhasil aku langsung kembali untuk
melanjutkan tidur.
Jam menunjukan
pukul 04.30 pagi. Aku sudah bangun lebih cepat
dibandingkan ibuku. Hari ini adalah hari sabtu, aku tidak boleh
terlambat datang kesekolah karena aku bisa dipulangkan dari sekolah jika aku
terlambat. Aku pun langsung bergegas bangun dari tempat tidur, lalu segera
menuju kamar mandi. Setelah mandi aku memakai seragam hari sabtu lalu aku tidak
lupa untuk sarapan pagi. Setelah selesai jam masih menunjukan pukul 06.00 masih
ada waktu untuk aku belajar materi sejarah yang hari ini akan ada ulangan
harian. Aku lupa, karna aku lebih memikirkan mutia dibandingkan pelajaran hari
ini.
Sesudah
pulang sekolah, aku segera menuju kelas Mutia dan aku menunggunya didepan pintu
kelasnya. Sesudah bertemu, lalu aku mengajaknya untuk duduk di bangku halaman
sekolah. Lalu aku secara tidak langsung menyatakan perasaan ku kepada Mutia
lewat lawakan karna dia sangat suka dengan hal yang lucu.
“Kamu
kenapa, Mut? kok murung gitu? ada masalah,ya?” tanya diriku. Mutia menggeleng
pelan.
“Trus?
Kok ngelamun sendiri aja? Senyum dong, Mut. Biar aku bisa liat wajah cantik
kamu, hehe” goda diriku sambil tersipu malu. Mutia tersenyum kecil.
“Aldi
gombal mulu sih kamu” Jawab Mutia, dan ia sudah kembali ceria.
“Aldi,
menurut kamu, aku ini wanita seperti apa sih?” tanya Mutia. Aku mengerutkan
kening keheranan mendengar pertanyaan Mutia yang secara tiba-tiba.
“Maksud
kamu nanya itu..?”
“Udah
aku bilang kamu nggak perlu nanya balik. Dijawab aja cukup, kok” sahut Mutia
masih dengan suaranya yang lembut.
“Oke,
menurutku… kamu itu wanita yang baik, lembut, sopan lagi, dan yang utama kamu itu
cantik loh” kataku sambil tersenyum. Mutia mengangkat pandangannya tapi dengan
raut wajah yang sedikit berubah.
“Cantik?”
“Iya.
Waktu pertama kita ketemu saat aku dihukum dulu, aku terpesona banget dengan
paras cantikmu. Aku sampai bertanya-tanya ini bidadari dari mana, yah? Ini
anugerah dari Tuhan yang luar biasa. Aku sampai niat banget berubah menjadi lebih
baik karena diri kamu loh. Supaya aku bisa dekat sama kamu” tutur kata terucap
dariku. Mutia langsung berdiri dengan tatapan kesal. Akupun jadi tambah bingung
melihat Mutia yang tiba-tiba berdiri.
“Oh,
jadi kamu dekat sama aku hanya karena terpesona saja sama wajahku? kamu nggak
tulus kan berteman dengan ku? Hanya karena aku cantik seperi yang kamu bilang,
kamu jadi mau dekat-dekat aku. kamu bahkan hanya terpesona aja sama wajah ini?
jawab Mutia dan bertanya balik kepadaku.
“Loh,
Mut? bukan gitu. Bukan itu maksudku…”
“Aku
berteman dengan kamu itu tulus, kok. Aku nggak punya maksud apa-apa dekat sama
kamu, Aku saat ini sudah tidak bisa lagi memendam perasaanku lagi. Aku beneran
suka sama kamu. Sejak pertama kali. Dan pertama kalinya aku suka sama cewek
yaitu kamu. Kamu itu unik, kamu itu lucu, kamu baik, kamu itu beda, makannya
aku suka. Tapi aku nggak bisa ungkapin dengan serius takut kamu nolak. Makanya
aku buat lewat candaan dan lawakan, tapi aku berharap kamu nganggapnya serius. Aku
tahu kamu wanita yang soleha, aku nggak bakal minta kamu jadi pacarku kok. Toh
kita juga masih sekolah, kan? Aku cuma minta kamu jadi orang yang aku sayang. Itu
aja cukup. Kamu percaya, yah?” pinta diriku sambil menatap Mutia. Mutia
menunduk karna ia sedih mendengar penjelasan ku.
“Kamu beneran mengatakannya? kamu serius?” tanya Mutia
kembali dengan suara yang lembut.
“Iya, aku serius. Aku nggak bohong, beneran.Percaya,
yah?” pintaku, berharap ia menerimaku.
“Aldi maaf ya, aku tidak bisa menjadi kekasihmu untuk
saat ini, aku nggak mau pacaran lagi sebelum aku lulus jadi sarjana. Yaaaa
kira-kira lima tahun lagi kamu harus menunggu. Aku juga tau pasti cinta kamu ke
aku itu seperti kayak cinta ke vespa birumu. Sesuatu yang harus dijaga
baik-baik, gak boleh disakitin. Begitupun sebaliknya.
Hampir
dua jam aku dan Mutia membahas soal perasaanku. Tapi apa hasilnya? Dia tetap
menolak, kesel sih tapi mau gimana lagi? Aku tidak perduli, yang penting aku
sudah mencurahkan seluruh isi hatiku kepada Mutia. Ada atau tidaknya status
pacaran antara aku dan Mutia, aku tetap sayang dengan gadis pujaanku. Tapi aku
sudah tau, bahwa kedekatan aku dan Mutia tidak akan melebihi status pertemanan.
Aku bahagia walaupun begitu. Setelah selesai percakapan panjang aku dan Mutia. Waktu
sudah hampir gelap awan pun menghitam matahari pun sudah mulai terlihat. Lalu
aku mengantarkan Mutia menuju ke rumahnya bersama Vebi “Vespa biruku”. Aku saat
ini bahagia sekali bisa pulang bersama dengan gadis yang menjadi cinta
pandangan pertamaku. Aku sempat berkata kepada Mutia dijalan "Biarpun
jalan-jalannya cuma naik vespa, asal sama abang, eneng mah bahagia, hehehe.”
Setelah
aku mengantarkan Mutia pulang, aku langsung jalan-jalan bersama Vebi ”Vespa
biruku” menuju ketempat favoritku untuk menenangkan sedikit kegalauan ku. Sesudah
sampai aku seperti biasa memesan minuman dan makanan kesukaanku. Sambil
menunggu makanan dan minuman datang, aku
duduk disebelah Vebi “Vespa biruku”, sambil memikirkan hal indah hari ini
bersama Mutia walaupun aku sedikit kesal dan galau.
“Oh..jadi
ini masa SMA. Dimana ada peristiwa tercipta dan rasa bermunculan. Dari mulai
senangnya jatuh cinta, sakitnya patah hati, guru yang tegas, teman yang usil,
tugas yang tak pernah usai, pulang sore, indahnya berpetualang. Mengenal yang
namanya teman dan yang mana si muka dua. Itu semua benar adanya, dan aku
merasakannya. Cuma Vebi yang menjadi saksi sejarah kehidupanku hari ini. Buat
aku memang Vespa adalah lambang kesederhanaan, tidak ada nilai ‘Mewah’. Dari Vespa aku belajar untuk sabar. Dari
Vespa aku belajar apa adanya untuk selalu melihat kebawah biar ingat kalo asal
kita dari bawah. Yang pasti Vespa udah mengajarkan ku banyak hal dalam hidup. Seperti
juga kisah cintaku di SMA penuh perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan
seseorang yang tepat. Kisah cintaku ini memang kaya vespa.
Yang apa adanya, natural, tidak dibuat-buat. Semua ceritaku sudah terjadi,
tiada yang tau bagaimana hari yang akan datang, hari kemarin adalah sejarah dan
hari esok adalah misteri” Curhatku kepada Vebi “Vespa biruku”.
Ceritaku hari ini untuk bahan cerita
ke anak ku nanti, dikala aku menjadi seorang ayah. Tidak perlu memiliki
segalanya untuk bahagia, Tidak perlu sesuatu yang mewah atau kata-kata mutiara.
Bahagia itu sederhana,
sesederhana kita menyikapi dan menikmatinya. Kapan
pun dan bagaimana pun keadaannya.
Cukup jadikan apa yang sudah dimiliki saat ini sebagai alasan
untuk bahagia dan berharap esok akan ada hal baru lagi. Bahagia itu pilihan.
No comments:
Post a Comment