Total Pageviews

Sunday, October 9, 2016

contoh cerpen TUGAS BAHASA INDONESIA

BAHAGIA ITU SEDERHANA
Oleh: Ahmad Syahrul

Tiga tahun berlalu, aku baru saja melewati baju putih biru. Kini aku duduk di bangku SMA, di salah satu sekolah ternama di kotaku. Pada hari senin di Minggu kedua ku sekolah, untuk yang kesekian kalinya kembali kekebiasaan setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Kalau sudah pagi, suara Ibuku terdengar sampai ke ujung kampung sebelah.
“Aldiiiiiiiiiiii! Ya Allah, ini anak ye, kerjaannya tidur mulu.. Aldiii! Bangun lu!,” teriak Ibuku dengan suaranya yang cetar membahana.
“Iya, maaa. Aldi udah bangun kok”, jawabku dengan suara yang masih terbata-bata, dengan mata yang bengkak karena baru bangun tidur.
Aku adalah seorang anak yatim sejak ayahku meninggal sewaktu aku masih kecil dulu. Sekarang hanya ada aku dan Ibu di rumah. Aku tumbuh menjadi pemuda yang cuek, tak perduli dengan gaya hidupku. Meskipun aku begitu, Ibuku sangat menyayangi aku, karena aku adalah anak yang baik dan patuh dengan orang tua.
Setelah aku selesai mandi, aku keluar dari kamar dengan memakai seragam SMA dan membawa tas selempang yang sering aku gunakan untuk sekolah. Berharap, ada makanan di meja makan, ternyata dugaanku meleset.
“Ma?” panggilku.
“Iya nak, ada apa? Mama lagi sibuk, nih”, jawab mama lembut.
“Kok gak ada makanan sih, mah?,” tanyaku dengan raut wajah kecewa.
“Aduh, nak. Maafkan ibumu, Ibu tidak bisa memasak makanan untukmu pagi ini karena persediaan beras dan sayur habis. Ibu lupa belanja kemarin,” sahut Ibu sambil mengusap kepalaku.
“Iya, bu, tidak apa-apa nanti Aldi beli sarapan di sekolah saja,” jawabku dengan wajah sedih,
Dengan langkah kecil yang dipercepat, aku segera mengeluarkan sepeda  yang berada di dalam kamar. Kemudian aku pun berpamitan kepada ibuku untuk berangkat ke sekolah. Sayangnya, sesampainya di sekolah, aku benar benar terlambat datang, pagar sekolah terkunci rapat dan suasana sekolah sedang melaksanakan upacara bendera hari senin. Setelah selesai upacara aku bersama teman-teman lainnya diijinkan masuk dengan syarat menulis dua lembar kertas berisi tulisan perjanjian agar tidak datang terlambat lagi. Koridor sekolah Nampak lengang, aku masih terus berlari menyusuri jam pertama di kelasku sekarang adalah Matematika.
Aku mengintip dari balik pintu kelas. Yang aku lihat adalah sosok ibu guru berkacamata dan memiliki tatapan tajam setajam silet. Yap! Dia Ibu Yunita, guru matematika ku yang terkenal killer. Dan aku akhirnya mendapatkan teguran dari sang guru.
“Aldi kenapa kamu terlambat lagi untuk kedua kalinya dipertemuan jam pelajaran saya?” Tanya Ibu guru dengan tegas.
“maaf kan saya bu, saya tidak akan mengulangi nya lagi, saya janji bu, jangan hukum saya Bu...” Jawab aku dengan wajah tertunduk takut.
Pada akhirnya aku pun tetap mendapat hukuman dijemur dilapangan sambil hormat kepada bendera merah putih. Lagi dihukum, tiba-tiba seorang cewek berjilbab cantik lewat. Langsung saja mata aku mengikuti gerak perginya  dan bertanya-tanya, siapakah cewek secantik bidadari ini? mata aku tidak terlepas dari bayang bayang cewek itu dan hatiku berbunga-bunga. Memasuki jam istirahat, aku kemudian langsung lari menuju kantin dengan tergesa gesa karna aku belum sarapan tadi pagi. Aku pun masih memikirkan cewek tadi pagi yang melintas dihadapanku.
Hari ini pun sudah berlalu.
Keesokan harinya aku pun mempromosikan kepada teman-temanku, kalau aku sedang membuka bisnis baru yaitu berjualan pulsa. Usaha ini aku sudah tekuni sejak bersokalah di bangku SMP. Tidak lama kemudian Riri temannku sedang membutuhkan pulsa untuk menelpon orang tuanya.
“Aldi, lo jual pulsa kan, gue mau beli dong, ada ga?.” Tanya Riri.
“Iya betul, ada kok, lo mau beli yang berapa?.” Sahut diriku dengan penuh semangat.
“Mmm, gue mau pulsa yang Rp.50.000 dong ada ga, ini nomernya ya 081297789976”. Tanya Riri lagi.
“Ohh oke siap, ada kok, tungggu ya, gue kirim dulu”. Jawab aku sambil men-transfer pulsa kepada Riri.
“Riri sudah gue kirim ya, coba di cek sudah masuk belum pulsanya?”.tanya diriku, dengan penuh keyakinan.
“Ohh oke, pulsanya sudah masuk aldi, terima kasih ya, ini uang nya”. Sahut Riri sambil membayar pulsa.
“Iya sama-sama, makasih juga ya Riri”.
Diwaktu istirahat sekolah, aku menyempatkan diri untuk curhat pada diary yang aku tulis dimemo hpku.
“Hari demi hari pun aku lewati dengan meneruskan jejak karir bisnis jual pulsa. Menurutku pekerjaan ini lumayan seru. Diem tapi bisa dapet uang. kerjaanya Cuma mengirim sms saja. Lagi dirumah, lagi di sekolah, lagi jalan pun bisa mengirim sms.  Keuntungannya si tidak seberapa, tapi asik dapet uang dari usaha sendiri”. curhatan ku pada diary di handphone ku.
Jam menunjukan pukul 10 matahari masih diantara 50° kemiringan bumi. Burung-burung pun kembali ke sarangnya untuk beristirahat sejenak untuk kembali berburu disiang harinya. Aku pun sama kembali masuk kelas karna jam istirahat sudah berakhir, aku kembali melakukan aktivitas belajar di dalam kelas.
“Dddddrrrrrtttt…, PING!!!”, suara notifikasi BLACKBERY MESSANGER  terdengar dari kantong celanaku, aku pun bergegas mengambil hp dan membaca pesan bbm itu.
“Hi, Aldi, beli pulsa dong yang 100 ribu kirim ya ke nomer 089695232176 nanti ya uangnya gue transfer”. Tanya temanku Ara dari dalam pesan bbm.
“Iya Ra siap, tunggu ya bentar”. Jawab aku dengan singkat.
“Iya Aldi”.
“Ara pulsanya sudah gue kirim ya, makasih ya”. Tanya aku dengan senyum sendiri.
“Iya Aldi, terima kasih juga, uangnya akan segera ditransfer”.

Tepat jam 16.00 sore ketika hendak pulang sekolah, aku menuju tempat favorit ku untuk membuat sebuah perubahan pada diriku dan memotivasi agar selalu menjadi orang yang baik dan bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Aku berkata dalam hati “gue seharusnya sudah memulai untuk mebiasakan diri untuk hidup mandiri, jangan terus bergantung pada orang tua, Ibu sudah susah payah untuk membiayai gue untuk sekolah, mulai hari ini ini gue harus tambah  rajin gak males malesan, rajin beribadah, rajin sekolah, rajin dalam mencari kebaikan, rajin menabung, rajin belajar, makin rajin jualan pulsanya dll”. Sudah 1 jam aku menyendiri, ditemani makanan dan minuman es kelapa membuat ku semakin bertekad untuk semakin menjadi lebih baik. Waktu semakin sore malam pun akan segera datang dan aku pun pergi meninggalkan tempat favoritku untuk pulang menuju kerumah.
Malam pun sudah datang, bulan menyinari langit malam yang indah. Tak terlepas dari kebiasaan ku kalau sudah malam untuk menyiapkan buku, mengerjakan tugas sekolah dan mencatat hasil penjualan pulsa pada hari ini. Kataku “dipikir-pikir keuntungan hasil penjualan ini juga sangat membantu ku untuk bisa membeli suatu barang yang sudah kuinginkan dari waktu ku masih bersekolah di SMP”. Setelah selesai, aku pun bersiap untuk tidur dan berharap memimpikan wanita cantik yang kutemukan di sekolah yang baru ini.

****

Satu tahun pun berlalu begitu cepat tidak terasa bahwa baru kemarin ku masuk SMA dan mendapatkan teman baru. Pada hari ini aku sudah naik ke kelas 11, rasanya bangga sudah berhasil melewati masa sulit, sedih dan bahagia di kelas 10. Tanggal ini bulan ini hari ini jam ini ku catat di dinding kamarku, kutulis “lakukan perubahan secara perlahan tapi pasti”. Hari ini adalah hari minggu, seperti biasanya setiap hari minggu aku menghabiskan waktu weekend dengan menonton film, mengerjakan PR, bermain Play Stasion dirumah sambil menyantap cemilan-cemilan yang tersedia dirumahku.
Aku mulai menginginkan suatu barang yang kuharus miliki. Tetapi, apapun yang aku inginkan tak pernah Ibu turuti dengan mudah. Terkadang terlintas dipikiranku ibuku pelit !. Apapun yang aku inginkan aku harus beli sendiri. Aku berharap  Ibuku dapat membelikannya dan mengerti apa yang ku sangat inginkan saat ini. Aku  memberanikan diriku untuk berkata apa barang yang kuinginkan, saat ibu sedang bersantai di ruang keluarga. Aku langsung menghampirinya.
“Mah...” Sapa aku kepada Ibu.
“Iya kenapa sayang”
“Mah..Aldi boleh tidak, meminta beliin sesuatu barang yang aku sangat inginkan” Tanya aku dengan penuh ke khawatiran.
“Boleh-boleh saja nak, tapi Ibu tidak bisa membelikan kamu barang yang terlalu mahal, kamu juga kalau ingin beli barang yang kamu inginkan pakai uangmu sendiri dan ibu hanya bisa menambahkan uangmu yang kurang saja, sebenarnya kamu ingin beli apa?” Tanya balik Ibu kepadaku.
“Mah..kalau aku sudah menjawab, Ibu jangan melarang dan marah ya kepadaku, janji ya?
“Iya nak Ibu janji, ibu gak akan marah dan melarang kamu, tapi itu kalau sesuatu barang yang baik, berguna dan bermanfaat ya.”
“Iya Bu, aku tuh sebenarnya sudah menginginkan barang ini sejak aku SMP dulu, dan sampai saat ini kau pun masih menginginkan barang itu.”
“Kamu mau beli apa sih nak, Ibu jadi bingung dari tadi kamu belum menjawab intinya.“ Jawab Ibu semakin penasaran.
“Aku mau beli…(aku jadi takut dan gugup) aku mau beli motor vespa Bu.” Jawab aku Semakin takut.
“Yaaaa ampunn nak, kenapa gak bilang aja, kenapa harus basa basi dulu sih, Ibu udah penasaran dari tadi loh. Jadi, kalau kamu kalau ingin beli motor vespa pakai uang mu sendiri nanti kalau kurang uangnya Ibu tambahkan, tapi Ibu hanya bisa menambahkan uang itu tidak banyak.” Jawab Ibu.
“Iya Bu aku mengerti akan hal itu, aku sekarang sudah mempunyai uang sebanyak Rp 6.500.000,- . kemarin aku ditawari oleh yang mau jual motor vespa, ia menjualnya dengan harga Rp 7.500.000,- bisa nego. Gimana menurut Ibu?.”
“Waduhh..kamu kok punya uang sebanyak itu dari mana? Yaudah kamu boleh beli motornya tapi kamu pastiin dulu biar barang jelas dan harga sudah ditentukan, jadi nanti ibu bisa menambahkan uang kamu yang kurangnya berapa”
“Aku punya uang sebanyak itu karena aku menabung sejak SMP dan aku juga menabung sebagian uang hasil bisnis pulsa Bu. wahhh..serius Bu, Ibu gak bohong kan. Aku akan Tanya kepastian harga dan barangnya besok.” Jawab aku dengan penuh kegembiraan untuk hari ini.
“Hebat nya anak Ibu, kamu pinter mengatur uangmu sendiri, iya Ibu janji”
“Iya Bu, terima kasih.”
Hari pun berlalu, hari ini aku memulai untuk menanyakan melalui BBM  tentang harga dan kondisi motor vespa yang akan ku beli. Akhirnya aku sudah mendapatkan kepastian dengan sang penjual. Kemudian dihari ini juga aku dan Ibuku berangkat untuk menuju rumah si penjual motor vespa. Sesudah sampai, kami berbincang-bincang dan bernegosiasi sekitar 2 jam lamanya untuk benar-benar mendapatkan kepastian antara aku, Ibu dan si penjual.
Selama perdebatan yang panjang, akhirnya si penjual menyerahkan motornya dengan harga Rp 7.000.000 (tujuh juta rupiah). Kemudian aku dan Ibuku mengobrol sebentar.
“Aldi kamu yakin mau motor itu, dengan harga segitu?”.Tanya Ibuku.
“Iya Bu, Aku bener-bener pengen motor itu karna aku sangat suka dengan motor vespa itu.” Jawab aku dengan semangat membara.
“Iya sudah, Ibu tambahkan uang mu Rp 500.000 ya. Kamu kalau sudah punya motor vespa jangan pernah nyesel ya, karena ini keinginan dan keputusan yang sudah kamu ambil.” Ibuku menjawab dengan kata-kata untuk menyakinkanku.
“Iya Bu, (aku sedikit berfikir)… Aku gak akan pernah menyesal untuk hari ini dan esok, aku sudah berfikir matang-matang untuk hal ini Bu.”
“Iya sudah.”
Ibu pun berkata ke si penjual. “Iya sudah saya setuju dengan tawaran anda 7.000.000 ini uangnya.” Penjual pun mengambil uang nya kemudian menulis sebuah perjanjian diatas kuitansi yang sudah tertera materai. Lalu penjual, ibuku dan aku menandatangani kuitansi itu kemudian transkasi pun selesai. Aku pun langsung membawa motor vespa menuju kerumah bersama Ibuku.
Entah apa saat ini yang sedang aku rasa, aku saat ini hanya tersenyum bahagia melihat motor vespa baru ku. Vespa itu, mengajarkan aku selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang aku mau dengan usahaku sendiri. Aku harus berusaha, tidak boleh bergantung kepada orang lain. Menurutku,Hidup itu mudah, jika kita menjalankannya dengan ikhlas. Tapi hidup akan menjelma menjadi rumit, ketika kita mempersulitnya”. curhatan ku pada diary di hpku.

Jam menunjukan pukul 05.00 matahari belum terlihat jelas. Aku sudah terlepas dari kebiasaan burukku di setiap harinya. Aku mulai berubah sedikit demi sedikit. Aku jadi suka bangun tidur sendiri tanpa harus dibangunkan oleh ibuku. Aku jadi rajin beribadah, tiap hari sholat berjamaah di masjid kampung. Ibuku sampai kebingungan, “ Aldi sudah beda banget dengan yang dulu.” Ucap Ibuku.
Hari ini adalah hari senin, hari perdana ku membawa motor vespa yang kuberi nama “Vebi (Vespa Biru)”. Aku segera menaiki motor vespa baruku yang sudah terparkir di depan rumah. Awalnya aku malu dan gengsi untuk membawa motor baruku ini, tapi Ibuku menasihatiku “mengapa harus malu kalau itu kendaraan milikmu, jangan malu kalau kita miskin, malulah ketika kita berpura-pura kaya.” Ucap Ibuku membuat ku sedikit sedih dan terharu. Setelah berpamitan kepada ibuku. Aku segera melaju dengan vespa biru yang menjadi kesayanganku, yang mengeluarkan asap kenalpot yang luar biasa mencemari udara pagi menyusuri jalanan menuju sekolah. Setelah sampai sekolah, aku memarkirkan motor vespa ku, kemudian aku membuka Hand Phone untuk membaca pesan dari temanku Tania.
“Aldi, gue beli pulsa dong yang 50 ribu kirim ke nomer 081234675989, cepet ya butuh banget nih.”  Pesan singkat yang dikirim Tania.
“iya siap kakak” Balas pesanku.
Sesudah mentransfer pulsa kemudian aku berjalan dari parkiran motor sambil membawa helm menuju kelas. Hari ini aku sudah tidak terlambat lagi. Bel sekolah kemudian berbunyi menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Didalam kelas aku masih banyak teman baru yang belum aku kenal. Aku memulai memberanikan untuk berkenalan dengan teman satu persatu lewat mmengobrol bersama walaupun masih dibilang sok kenal dan sok dekat.
Esok hari ada sebuah acara kegiatan sekolah, aku bertemu kembali dengan seorang cewek berjilbab cantik yang menjadi misterius setelah aku tidak  bertemu selama setengah tahun disekolah.
“Assalamu’alaikum. Mas, numpang tanya. Kelas 11 IPS 2 yang ini?.“ Tanya cewek itu itu sambil tersenyum kecil dan menunjuk ruangan kelas. Aku terpesona mendengar tutur kata cewek itu. Suaranya lembut sekali seperti wajahnya dan orangnya kelihatannya sopan dan sangat feminim.
“Maaf,mas. Saya nanya, kelas 11 ips 2 kelasnya yang disini,kan?,” tanyanya lagi masih dengan suara yang begitu lembut.
“Oh, em..he, iya.. Maaf, yah saya terpesona…” ucapku tak sadarkan diri. Dengan cepat aku langsung menutup mulutku karena tersadar dengan apa yang sudah kukatakan.
“Iya?terpesona?maksudnya apa, ya?,”
“Oh ngga, ngga kok. Oh, ya kenalin saya Aldi,” ucapku sambil menyerahkan tangan kedepan seperti orang yang ingin berjabat. Cewek itu tersenyum lembut.
Saya Mutia, siswa yang baru pulang dari pertukaran pelajar ke Jepang. Kamu kok duduk sendiri saja disini sedang apa?.” Tanya balik Mutia kepadaku.
“Ohh aku sedang menunggu temanku yang sedang kekantin.” Jawab diriku.
“Ohh, ya sudah (tersenyum lucu) kemudian berpamitan untuk masuk kekelasnya.
“Mutia tunggu.., boleh minta kontak hp atau pin bbm atau Id linekamu ?.” Tanya diriku.
“Ohh iya boleh, ini ID line ku Mutiantik.”
“Baik, terima kasih, salam kenal ya.”
Lalu Mutia pergi memasuki ruang kelasnya, pandangan mataku tak lepas dari mutia. Beribu-ribu kali aku mengakui kalu mutia itu cantik seperti bidadari di dalam hatinya. Padahal selama ini aku tidak pernah suka sama cewek dan tidak pernah berpacaran. Apalagi diriku selama ini kalau melihat cewek cantik biasa saja. Gadis ini sedikit jutek, tapi baik. Aku sangat penasaran dengannya. Dia welcome, tidak jual mahal. Dan gak ganjen kayak cewek-cewek lain yang aku kenal. “ah! Ini dia gadis impianku.” Ucapanku dalam hati dan kutulis dimemo hpku.

Aku memulai percakapan dengan chat line Mutia, aku melakukan sebuah perkenalan ulang. Aku dan dia  terlihat akrab saat ngobrol dan bercanda bersama. Namun seiring berjalan nya waktu aku dan dia semakin dekat terutama sering bercakap bersama. Pada saat itu pula aku mulai menaruh rasa pada Mutia, tetapi Mutia menganggap itu biasa aja, karena mutia menganggap bahwa aku adalah teman yang asyik dan lucu saat ngobrol dan bercanda bersama.
Setelah jam pelajaran sekolah berakhir, aku bersiap untuk pulang menuju rumah bersama Vebi “Vespa Biruku”. Tidak sengaja aku bertemu dengan Mutia di depan gerbang sekolah. Aku pun menyapanya, kemudian aku mendapatkan ide untuk mengantarkan mutia pulang kerumahnya berdua dan mengajak nya jalan-jalan sore hari. Dengan rasa yang tidak enak, mutia menolak tawaran ku dengan baik-baik, “maaf ya Aldi aku sudah dijemput oleh ibuku. Lain kali aja ya.” Tolak tawaranku dengan perkataan yang lembut. “Iya Mutia tidak apa-apa,” jawab diriku dengan senyum kepadanya. Kemudian aku berjalan menuju parkiran untuk membawa motor ku pulang bersama.
Sesampainya dirumah aku kembali chat Mutia, bertanya-tanya dan sedikit gombal, cerita dan modus. Aku merasa sangat senang untuk hari ini, tidak tau kenapa diriku ini selalu memikirkan dia. Pikiran ku saat ini, “Apakah Mutia hanya menganggap aku sebagai seorang teman yang kekanak-kanakan dan lucu?, Sepertinya tidak, Mutia senang dengan diriku karena aku pandai melawak dan suka menghiburnya disekolah.” ucapan itu terucap dari dalam hatiku. Walaupun hari ini gagal jalan bersama namun aku senang sudah bisa mengenal dan menjadi teman baiknya. Dari kejadian itu, dengan kedekatanku berdua akhir-akhir ini, membuat aku benar-benar jatuh cinta kepada Mutia. Tetapi hal itu tidak membuat aku untuk terburu-buru dalam menyatakan perasaanku tersebut, karena aku merasa bahwa Mutia sudah memiliki lelaki lain, dan aku juga merasa bahwa Mutia menganggapku hanya teman dekat yang bisa diajak main bersama ketika lelaki pilihannya tidak berada disampingnya.
Seiring berjalannya waktu, setelah aku dan dia sudah mengenal lebih jauh dari mutia aku menjadi seorang sahabat baiknya, aku semakin dekat, aku dan dia dipertemukan di sekolah yang sama, tetapi kami berbeda kelas. Disetiap harinya kalau jam istirahat atau jam pulang sekolah aku selalu bersamanya menemani hari-harinya walaupun aku bukan orang spesial yang ada di hatinya hanya sekedar sahabat dan teman dekat. Dengan kedekatan ini, timbullah rasa curiga dari teman-temanku dan dia, bahkan ada yang menganggap bahwa aku dan dia memiliki hubungan, tetapi hal itu tidak benar, melainkan aku dan dia hanyalah teman dekat dan sahabat saja.
Di Kemudian hari aku mulai mencari tahu tentang seseorang gadis yang sedang kusuka saat ini. Dan ada seorang teman dekatku yang mengetahui tentang segala hal mengenai Mutia, ia adalah sahabatnya Mutia sejak smp, sebut saja namanya Aisyah. Suatu saat aku bicara empat mata dengan Aisyah membahas tentang seorang Mutia, dan dari hasil percakapan aku dan Aisyah, banyak hal yang Aisyah ungkapkan mengenai Mutia. Setelah aku mengetahui banyak hal mengenai Mutia, aku mulai bertindak dan berperilaku seperti biasa tanpa ada suatu beban yang aku miliki, walaupun di dalam hatiku ada sedikit  rasa sakit hati  dan kekecewaan terhadap Mutia.
Dengan kejadian ini membuat aku merasa minder dengan apa yang telah dikatakan aisyah tersebut. Dan pada suatu hari aku termenung dan menyadari bahwa semua hal yang aku harapkan tidak sesuai dengan keinginanku, dan aku  menganggap pupus sudah “harapanku”.
Hingga akhir-akhir ini aku sudah jarang dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan Mutia. Setiap saat jika aku dan Mutia bertemu, aku dan dia tidak menegur satu sama lain atau sekedar senyum pun tidak dilakukan. Sehingga membuat Mutia merasa aneh Karena selama ini aku tidak pernah mengacuhkannya seperti saat ini. Ketika jam istirahat sekolah aku sengaja duduk di depan kelasnya, tidak lama Mutia pun menghampiriku. “Aldi..kamu kenapa sih sangat jutek terhadap aku? apakah kamu marah denganku?.” Tanya Mutia dengan nada sedikit kesal. hingga mulailah dan adanya lontaran pertanyaan dari Mutia, dan aku pun selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Mutia.. apakah kamu juga marah dengan saya ?”, namun Mutia hanya menjawab“tidak”, hingga lama-kelamaan hubungan pertemananku mulai retak dengan timbulnya kejutekan masing-masing dari diriku dan Mutia.
Tetapi beberapa hari kemudian hubungan diriku dengan mutia membaik dengan adanya sosok dari sahabat cewek Mutia yaitu Aisyah yang sudah kukenal sebelumnya. Aisyah yang hadir ditengah-tengah masalah yang sedang terjadi ini dan disisi lain Aisyah juga menjadi seorang penengah diantara aku dan Mutia. Aisyah mempertemukan diriku dan Mutia di taman sekolah. Sesudah kami bertemu bertiga aku dan Mutia, Aisyah pun bertanya “kalian kenapa sih jadi jauhan gini, kenapa masalah ini terus dibiarkan, seharusnya kalian menyelesaikannya jangan seperti ini! Pertemanan kalian yang dulunya sangat baik, Cuma karna ada salah paham membuat kalian jadi jauh gini, kalian jangan  kayak anak kecil!” dengan hadirnya sosok Aisyah, banyak hal yang ia jelaskan kepada diriku tentang Mutia begitupun sebaliknya. Hingga banyak nasihat dan saran dari Aisyah, membuatku dan Mutia menyadari sebuah kesalah pahaman ini. Hubungan antara aku dan Mutia pun membaik seperti biasanya.
Dan akhirnya dengan adanya saran dan dorongan dari Aisyah, itu membuat aku menjadi berani untuk meminta maaf atas kesalahan ku yang menjauhi Mutia tanpa sebab yang jelas yang tidak diketahui oleh Mutia dan aku meyakinkan perasaan ku tersebut.
Sepulang sekolah, aku berjalan di belakang Mutia sambil menatapnya. Lama-lama, aku memutuskan memberanikan diri untuk berbicara langsung sama Mutia. Saat aku dan dia sudah melewati tempat parkir, aku memanggil Mutia.
“Mutia, tunggu” panggil ku. Mutia berhenti sejenak kemudian berjalan lagi. Aku pun segera berlari ke depan dan menghadang Mutia. Mutia sontak terkejut dengan tindakan aku.
“Mutia, aku mau bicara sama kamu. Sekarang!”
“Maaf, Aldi. Aku buru-buru pulang, assalamu’alaikum,” pamit Mutia. Aku menahannya lagi.
“Aku bener-bener minta maaf kalau sikap ku sudah menyinggung perasaan kamu. Kemarin sikap ku aneh dan berubah kekamu  akhir ini karena ini adalah kesalahan yang ku buat sendiri ini semua salah diriku, aku tanpa sebab menjauh darimu, aku jaga jarak karna aku tau kalau kamu sudah punya pacar. Aku takut kalau semakin lama kita dekat akan membuat aku dinilai oleh orang lain merusak hubungan kamu Mutia.” Ucap diriku.
“Sudah lah Aldi tidak usah minta maaf, ini juga salah diriku juga, aku memang sudah punya pacar tapi apakah aku tidak boleh dekat dengan lelaki lain seperti dirimu? Aku masih gak nyangka, kita yang dulu deket banget bisa jadi kayak orang gak saling kenal gini! Aldi sekarang kita gausah bahas masalah ini lagi, yah?lupain aja” jawab Mutia.
“Harus dibahas, Mut! Aku gak mau kalau makin banyak teman-teman ku dan kamu salah paham menilai kedekatan kita. Yaudah kita sudah saling memaafkan satu sama lain. Dan aku saat ini tetap pada garis batasku. Tidak mendekat dan tidak pula sengaja menjauh. Biar waktu yang membuktikan 1 takdir untuk kita. Bisakah kita memulai pertemanan kita lagi dari awal, dari awal sejak kita kenal?.”
“iya Aldi, kini aku sudah mengerti semuanya. Terima kasih sudah mau menjelaskan tentang masalah ini. Sebenarnya kemarin-kemarin aku menjauh dari kamu karna yang pertama aku bingung sikap kamu malah aneh, berubah sikap dan yang kedua aku memiliki masalah dengan pacarku” Dengan kesedihan Mutia, Mutia menceritakan tentang kekasihnya, kalau dia beberapa waktu lalu ia  diputuskan oleh pacarnya. Kemudian Mutia berpamitan kepadaku. “Maaf ya Aldi, aku harus pergi. Nanti kita lanjut lagi ceritanya kalau ada waktu. Assalamu’alaikum”
            “Iya Mutia, hati-hati dijalan yah, Waalaikumussalam”
            Lalu mutia pergi meninggalkannku sambil melihatku dan tersenyum indah. Aku pun membalas senyum ia dan terlintas didalam hatiku berkata “Hubungan pertemanan ku sudah mulai membaik tidak ada kata salah paham lagi di antara aku dan mutia. Aku sekarang masih punya kesempatan untuk bisa memiliki hati mutia.”Ucap diriku dari dalam hati. Terasa sudah lega dan tak ada beban lagi. Kemudian aku pun pulang bersama motor kesayangan ku Vebi “Vespa biru”.
Disaat aku chat bersama Mutia, aku ingin mengajak nya jalan-jalan dihari libur sekolah. Namun aku berpikir kesekian kalinya apakah dia mau jalan-jalan naik motor vespa tuaku?. Pertanyaan ini selalu menghantuiku.
Sejak jatuh cinta kepada Mutia, aku semakin berubah sedikit demi sedikit. Hari demi hari aku melakukan perubahan dari bersikap, berpakaian, perkataan, sampai nilai pelajaran yang dulunya masih banyak nilai merah sekarang sudah semakin membaik. Yang dulunya malas mandi sekarang sudah rajin mengurus badan dan apalagi masalah akhirat juga aku tidak lupakan, aku sudah rajin sholat 5 waktu hampir tidak pernah tertinggal ataupun terlewat.
Dan sikapku yang tidak akan pernah berubah adalah setia kepada vespa tuaku yang kuberi nama Vebi nama panggilan mesra buat Vespa biruku. Walau sekarang aku sudah tambah ganteng dan bersih, vespa tuaku masih setia bersama diriku kemanapun aku pergi. Bahkan vespaku sebagai teman curhat dan kegalauanku disaat ada masalah. Bagiku, Mutia dan Vebi sama-sama istimewa untukku.
Jam rumahku sudah menunjukan pukul 23.32 waktu sudah semakin larut malam. Aku masih merencanakan bagaimana caranya agar aku bisa menyatakan cintaku kepada mutia esok hari. Satu jam berlalu, akhirnya aku sudah selesai mempersiapkan dengan matang cara ucapan, hadiah untuknya dan lain-lain. Tidak lama aku sudah merasa sangat lelah kemudian Aku segera bergegas untuk tidur dan berharap mimpi indah bersama mutia. “aminnn” ucap  doa sebelum tidur. Mata sudah hampir terlelap dalam tidur, temanku Doni mengirimkan pesan “Aldi sorry ganggu waktu tidur lo, gw mau beli pulsa dong yang 20 ribu ke nomer 081399988169 ya makasih. Kalau udah tidur besok pagi kirim ya. Duitnya besok disekolah.” Aku pun langsung mentransfer pulsa kepada temanku Doni, setelah berhasil aku langsung kembali untuk melanjutkan tidur.
Jam menunjukan pukul 04.30 pagi. Aku sudah bangun lebih cepat  dibandingkan ibuku. Hari ini adalah hari sabtu, aku tidak boleh terlambat datang kesekolah karena aku bisa dipulangkan dari sekolah jika aku terlambat. Aku pun langsung bergegas bangun dari tempat tidur, lalu segera menuju kamar mandi. Setelah mandi aku memakai seragam hari sabtu lalu aku tidak lupa untuk sarapan pagi. Setelah selesai jam masih menunjukan pukul 06.00 masih ada waktu untuk aku belajar materi sejarah yang hari ini akan ada ulangan harian. Aku lupa, karna aku lebih memikirkan mutia dibandingkan pelajaran hari ini.
Sesudah pulang sekolah, aku segera menuju kelas Mutia dan aku menunggunya didepan pintu kelasnya. Sesudah bertemu, lalu aku mengajaknya untuk duduk di bangku halaman sekolah. Lalu aku secara tidak langsung menyatakan perasaan ku kepada Mutia lewat lawakan karna dia sangat suka dengan hal yang lucu.
“Kamu kenapa, Mut? kok murung gitu? ada masalah,ya?” tanya diriku. Mutia menggeleng pelan.
“Trus? Kok ngelamun sendiri aja? Senyum dong, Mut. Biar aku bisa liat wajah cantik kamu, hehe” goda diriku sambil tersipu malu. Mutia tersenyum kecil.
“Aldi gombal mulu sih kamu” Jawab Mutia, dan ia sudah kembali ceria.
“Aldi, menurut kamu, aku ini wanita seperti apa sih?” tanya Mutia. Aku mengerutkan kening keheranan mendengar pertanyaan Mutia yang secara tiba-tiba.
“Maksud kamu nanya itu..?”
“Udah aku bilang kamu nggak perlu nanya balik. Dijawab aja cukup, kok” sahut Mutia masih dengan suaranya yang lembut.
“Oke, menurutku… kamu itu wanita yang baik, lembut, sopan lagi, dan yang utama kamu itu cantik loh” kataku sambil tersenyum. Mutia mengangkat pandangannya tapi dengan raut wajah yang sedikit berubah.
“Cantik?”
“Iya. Waktu pertama kita ketemu saat aku dihukum dulu, aku terpesona banget dengan paras cantikmu. Aku sampai bertanya-tanya ini bidadari dari mana, yah? Ini anugerah dari Tuhan yang luar biasa. Aku sampai niat banget berubah menjadi lebih baik karena diri kamu loh. Supaya aku bisa dekat sama kamu” tutur kata terucap dariku. Mutia langsung berdiri dengan tatapan kesal. Akupun jadi tambah bingung melihat Mutia yang tiba-tiba berdiri.
“Oh, jadi kamu dekat sama aku hanya karena terpesona saja sama wajahku? kamu nggak tulus kan berteman dengan ku? Hanya karena aku cantik seperi yang kamu bilang, kamu jadi mau dekat-dekat aku. kamu bahkan hanya terpesona aja sama wajah ini? jawab Mutia dan bertanya balik kepadaku.
“Loh, Mut? bukan gitu. Bukan itu maksudku…”
“Aku berteman dengan kamu itu tulus, kok. Aku nggak punya maksud apa-apa dekat sama kamu, Aku saat ini sudah tidak bisa lagi memendam perasaanku lagi. Aku beneran suka sama kamu. Sejak pertama kali. Dan pertama kalinya aku suka sama cewek yaitu kamu. Kamu itu unik, kamu itu lucu, kamu baik, kamu itu beda, makannya aku suka. Tapi aku nggak bisa ungkapin dengan serius takut kamu nolak. Makanya aku buat lewat candaan dan lawakan, tapi aku berharap kamu nganggapnya serius. Aku tahu kamu wanita yang soleha, aku nggak bakal minta kamu jadi pacarku kok. Toh kita juga masih sekolah, kan? Aku cuma minta kamu jadi orang yang aku sayang. Itu aja cukup. Kamu percaya, yah?” pinta diriku sambil menatap Mutia. Mutia menunduk karna ia sedih mendengar penjelasan ku.
            “Kamu beneran mengatakannya? kamu serius?” tanya Mutia kembali dengan suara yang lembut.
            “Iya, aku serius. Aku nggak bohong, beneran.Percaya, yah?” pintaku, berharap ia menerimaku.
            “Aldi maaf ya, aku tidak bisa menjadi kekasihmu untuk saat ini, aku nggak mau pacaran lagi sebelum aku lulus jadi sarjana. Yaaaa kira-kira lima tahun lagi kamu harus menunggu. Aku juga tau pasti cinta kamu ke aku itu seperti kayak cinta ke vespa birumu. Sesuatu yang harus dijaga baik-baik, gak boleh disakitin. Begitupun sebaliknya.
Hampir dua jam aku dan Mutia membahas soal perasaanku. Tapi apa hasilnya? Dia tetap menolak, kesel sih tapi mau gimana lagi? Aku tidak perduli, yang penting aku sudah mencurahkan seluruh isi hatiku kepada Mutia. Ada atau tidaknya status pacaran antara aku dan Mutia, aku tetap sayang dengan gadis pujaanku. Tapi aku sudah tau, bahwa kedekatan aku dan Mutia tidak akan melebihi status pertemanan. Aku bahagia walaupun begitu. Setelah selesai percakapan panjang aku dan Mutia. Waktu sudah hampir gelap awan pun menghitam matahari pun sudah mulai terlihat. Lalu aku mengantarkan Mutia menuju ke rumahnya bersama Vebi “Vespa biruku”. Aku saat ini bahagia sekali bisa pulang bersama dengan gadis yang menjadi cinta pandangan pertamaku. Aku sempat berkata kepada Mutia dijalan "Biarpun jalan-jalannya cuma naik vespa, asal sama abang, eneng mah bahagia, hehehe.”
Setelah aku mengantarkan Mutia pulang, aku langsung jalan-jalan bersama Vebi ”Vespa biruku” menuju ketempat favoritku untuk menenangkan sedikit kegalauan ku. Sesudah sampai aku seperti biasa memesan minuman dan makanan kesukaanku. Sambil menunggu makanan dan minuman datang,  aku duduk disebelah Vebi “Vespa biruku”, sambil memikirkan hal indah hari ini bersama Mutia walaupun aku sedikit kesal dan galau.
“Oh..jadi ini masa SMA. Dimana ada peristiwa tercipta dan rasa bermunculan. Dari mulai senangnya jatuh cinta, sakitnya patah hati, guru yang tegas, teman yang usil, tugas yang tak pernah usai, pulang sore, indahnya berpetualang. Mengenal yang namanya teman dan yang mana si muka dua. Itu semua benar adanya, dan aku merasakannya. Cuma Vebi yang menjadi saksi sejarah kehidupanku hari ini. Buat aku memang Vespa adalah lambang kesederhanaan, tidak ada nilai ‘Mewah’. Dari Vespa aku belajar untuk sabar. Dari Vespa aku belajar apa adanya untuk selalu melihat kebawah biar ingat kalo asal kita dari bawah. Yang pasti Vespa udah mengajarkan ku banyak hal dalam hidup. Seperti juga kisah cintaku di SMA penuh perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan seseorang yang tepat. Kisah cintaku ini memang kaya vespa. Yang apa adanya, natural, tidak dibuat-buat. Semua ceritaku sudah terjadi, tiada yang tau bagaimana hari yang akan datang, hari kemarin adalah sejarah dan hari esok adalah misteri” Curhatku kepada Vebi “Vespa biruku”.
Ceritaku hari ini untuk bahan cerita ke anak ku nanti, dikala aku menjadi seorang ayah. Tidak perlu memiliki segalanya untuk bahagia, Tidak perlu sesuatu yang mewah atau kata-kata mutiara. Bahagia itu sederhana, sesederhana kita menyikapi dan menikmatinya. Kapan pun dan bagaimana pun keadaannya. Cukup jadikan apa yang sudah dimiliki saat ini sebagai alasan untuk bahagia dan berharap esok akan ada hal baru lagi. Bahagia itu pilihan.

No comments:

Post a Comment