Total Pageviews

Sunday, October 9, 2016

Contoh pidato singkat : DAMPAK NEGATIF KRISIS EKONOMI

PIDATO

Dampak Negatif Krisis Ekonomi
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
 Salam sejahtera bagi kita semua
Ibu guru yang saya hormati , rekan – rekan kelasku  kelas X IIS 2 yang saya sayangi.
Marilah kita haturkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dapat bertemu di ruangan ini . Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW  yang telah membawa kita semua terbebas dari jamah jahiliyah menuju jaman yang indah seperti sekarang ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kesempatan yang  telah di berikan kepada saya  untuk menyampaikan pidato tentang “ Dampak Negatif Krisis Ekonomi”.
Ekonomi adalah bidang yang paling berkembang di seluruh dunia, bidang nomer satu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa ekonomi sebuah negara tidak akan berdiri dan tidak akan berkembang karena ekonomilah yang bisa memenuhi kebutuhan negara  baik itu untuk rakyat semua ataupun pemerintah. Masalah ekonomi merupakan suatu masalah yang terdapat dalam kehidupan manusia yang saling mengikat. Pada jaman modern ini, masalah ekonomi menjadi masalah yang paling utama, hal ini disebabkan karena pendapatan penduduk Indonesia khususnya, tidak sebanding dengan harga kebutuhan atau pengeluarannya.
Kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebenarnya sudah mulai relatif membaik. Kondisi ini bisa meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dikalangan dunia. Siklus ekonomi di dunia terkadang mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi mengakibatkan krisis ekonomi yang membawa dampak negatif bagi negara-negara yang ada. Salah satunya adalah Indonesia.
            Berikut adalah berbagai macam dampak dari krisis ekonomi di Indonesia :

1.      Naiknya Harga BBM
Harga BBM di Indonesia ikut mengalami kenaikan harga. Itu disebabkan harga minyak bumi didunia yang mengalami kenaikan. Dan naiknya harga BBM adalah salah satu faktor kenaikan harga-harga yang lain.
2.      Kenaikan Harga Bahan-Bahan Pokok
Seiring naiknya harga BBM maka harga-harga bahan pokok juga ikut naik. Karena BBM mempengaruhi dalam proses produksi bahan tersebut.
3.      Menurunnya Kesejahteraan Rakyat
Rakyat yang memiliki pendapatan kurang, pasti sangat dirugikan dengan keadaan ini. Sehingga semakin banyak kebutuhan masyarakat yang tak terpenuhi dan kesejahteraan pun menurun.
             Ibu guru yang saya hormati dan rekan – rekanku yang saya sayangi.
Peningkatan kebutuhan rakyat saat ini didorong oleh kenaikan pola konsumsi dikalangan masyarakat yang bersumber dari tingginya harga bahan baku, naiknya harga sandang dan pangan, serta harus berhadapan dengan bunga kredit perbankan yang tinggi.
Kita sebagai bangsa Indonesia harus menjaga kebutuhan dan meningkatkan perekonomian di Indonesia, agar lebih baik dari pada sebelumnya. Karena, pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dikalangan dunia. Krisis ekonomi ini berdampak negatif bagi Indonesia, pemerintah diharapkan dapat berperan dan mengambil tindakan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia, agar tidak berdampak lebih buruk bagi rakyat Indonesia.
Ibu guru dan rekan – rekan kelasku  yang saya sayangi, demikian pidato yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
saya mengucapkan terima kasih banyak atas perhatiannya dan Mohon maaf  apabila ada tutur kata yang  tidak berkenan di hati, karena kesempurnaan hanya milik Allah dan kesalahan datangnya dari saya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,



contoh MAKALAH tugas SOSIOLOGI

Laporan Penelitian Sosiologi
KERUSUHAN MEI 1998

 












Disusun Oleh :
Ahmad Syahrul
Muhammad Azka Ramadhan
Muhammad Iqsan Juliansyah
 Osscar Mahyot Ohee


XI  IPS  2
(2016)


SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN
Jl. Raya Puspiptek Muncul. Setu. Tangerang Selatan. Banten. Indonesia
Telp./Faks. (021) 7560956
Email : sman2tangsel.sch.id



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas   limpahan rahmatnya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul “KERUSUHAN MEI 1998”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang  dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepas pula dengan tugas mata pelajaran Sosiologi.
 Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.

                                                                                          Tangerang Selatan, Mei 2016
                                                                                                                                         



                                                                                                                        Penyusun.   










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………….………………………………………............i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..........ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………..………………....1
1.1   Latar Belakang Masalah………………………………………………………..1
1.2    Rumusan Masalah……………………………………………………..……….2
1.3    Tujuan……………………………………………………………………….….2
1.4    Manfaat Penelitian……………………………………………………………...2
BAB 2 LANDASAN TEORI……………………………………………………………….3
2.1   Penyebab terjadinya kerusuhan Mei 1998…  …………………….……………3
2.2  Krisis yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998……………………...............3
2.3  Peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998…………………………………...7
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN…………………………………………………...10
3.1  Pendekatan Penelitian………………………………………..………………..10
3.2  Lokasi Penelitian…………………………………………...………….……...10
3.3  Waktu Penelitian…………………………………………...………………….10
3.4  Sumber Data……………………………………...……...……………………10
3.5  Teknik Pengumpulan Data……………………………...…………………….10
3.6  Teknis Analisis Data …………………………………...………..……………11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………….....……………………………………...12
            4.1 Penyebab Kerusuhan Mei 1998………………………………………………..12
            4.2 Krisis yang terjadi pada Mei 1998......................................................................12
BAB 5 PENUTUP………………………………………..………....……………………..14
5.1   Simpulan……………………………………………..…….………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…....……………….........15
                                                        





                                                         BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Peristiwa lengsernya presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, dan dimulainya pemerintahan era reformasi.Dampak dari peristiwa ini masih berlangsung, sehingga perlu diadakan evaluasi secara cermat, dapatkah peristiwa lengsernya presiden Soeharto dikategorikan sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia.
Mei 1998, penuh dengan kejadian - kejadian yang dapat dikatakan menjadi tonggak reformasi Indonesia, penuh dengan kerusuhan - kerusuhan yang sebenarnya merupakan ungkapan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan Orde saat itu. Mei 1998 akan selamanya dikenang oleh Bangsa ini sebagai bulan dimana seluruh masyarakat Indonesia bersatu untuk meruntuhkan Rezim Orde yang sudah terlalu lama berkuasa.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak Tahun 1997 membuat perekonomian menjadi kacau. Naiknya harga sembako, banyaknya PHK dan tingginya angka pengangguran dan beberapa  perusahaan swasta yang mengalami kerugian memancing mahasiswa untuk mengadakan aksi keprihatinan. Bersamaan dengan maraknya aksi-aksi mahasiswa, terjadi serangkaian aksi penculikan (penangkapan) terhadap beberapa aktivis dan mahasiswa.Aksi mahasiswa di kota-kota besar pun kian marak sejak Februari 1998.Melihat maraknya aksi mahasiswa yang cenderung mengganggu stabilitas politik dan keamanan nasional, serta berlanjut manjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan.Aksi mahasiswa yang terjadi sepanjang Mei 1998 menemukan momentum pada tanggal 12 Mei 1998 di Kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat. Kerusuhan massal yang dimulai di Jakarta 13 Mei 1998 merambat hingga ke Solo, Jawa Tengah, praktis merepotkan aparat keamanan dalam mengendalikan situasi.
Di sisi lain, masyarakat menganggap ABRI telah gagal mengamankan ibu kota dari tindak kerusuhan dan penjarahan yang berlangsung hingga tanggal 15 Mei 1998. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 adalah salah satu bukti bahwa praktik kekerasan oleh negara dengan dalih menjaga stabilitas politik dan keamanan menjadi bagian sejarah kelam bagi tegaknya HAM di Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 merupakan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi saat itu.Kasus yang terjadi dengan sengaja untuk menciptakan suatu keadaan yang tidak terkendali dengan tujuan untuk menginginkan perubahan.
                        

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang disusun dalam makalah ini adalah :
1.      Penyebab terjadinya kerusuhan Mei 1998?
2.      Apa saja krisis yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998?
3.      Apa saja peristiwa yang terjadi pada bulan Mei1998?

1.3    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui bagaimana penyebab peristiwa kerusuhan Mei 1998.
2.      Memaparkan semua krisis yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998.
3.      Mengetahui berbagai peristiwa kerusuhan Mei 1998.

1.4  Manfaat Penelitian
a.     Bagi Siswa diharapkan dapat :
1)      Mengetahui peristiwa kerusuhan Mei 1998.
2)      Meningkatkan rasa persatuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
3)      Menghormati sesama warga negara.
b.    Bagi Guru diharapakan dapat :
1)      Digunakan sebagai reperensi untuk menemukan metode belajar baru yang efektif.
2)      Meningkatkan profesionalisme guru.
c.   Bagi orang tua diharapkan dapat :
1)      Memperhatikan dan memonitoring anaknya dalam bergaul.
2)      Memicu orang tua untuk belajar kecanggihan teknologi.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penyebab terjadinya kerusuhan Mei 1998
            Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.Dan penurunan jabatan Presiden Soeharto.


2.2 Krisis yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998
1. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang oleh para penguasa. Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya terhadap institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang didukung oleh para dosen serta para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti presiden, reshulffe cabinet, dan menggelar Sidang Istimewa MPR dan melaksanakan pemilihan umum secepatnya. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dan MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN. Gerakan Reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya:
·         UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum.
·         UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR/MPR.
·         UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
·         UU No. 5 tahun 1985 tentang Referendum.
·         UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Namun, setahun sebelum pemilihan umum yang diselenggarakan pada bulan Mei 1997, situasi politik dalam negeri Indonesia mulai memanas. Pemerintah Orde Baru yang didukung oleh Golongan Karya (Golkar) berusaha untuk memenangkan secara mutlak seperti pada pemilu sebelumnya. Sementara itu, tekanan-tekanan terhadap pemerintah Orde Baru di masyarakat semakin berkembang baik dari kalangan politisi, cendikiawan, maupun kalangan kampus.
Keberadaan partai-partai politik yang ada di legislatif seperti Parta Persatuan Pambangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dianggap tidak mampu menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Krisis politik sebagai factor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, menyebabkan munculnya tuntutan masyarakat yang menghendaki reformasi baik dalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan di Indonesia. Masyarakat juga menginginkan agar dilaksanakan demokratisasi dalam kehidupan social, ekonomi, dan politik. Di samping itu, masyarakat juga menginginkan aturan hukum ditegakkan dengan sebenar-benarnya serta dihormatinya hak-hak asasi manusia. Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah terhadap oposisi sangat besar, terutama terlihat dari perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah.

2. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pamerintah (ekskutif). Namun, pada kenyataanya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, pengadilan sangat sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim harus melayani kehendak penguasa. Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Seringkali terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat atau para pejabat Negara. Sejak gerakan reformasi muncul, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya. Reformasi hukum harus secepatnya dilakukan karena merupakan tuntunan agar siap menyongsong era keterbukaan ekonomi dan globalisasi.

3. Krisis Ekonomi
Jelas seperti yang sudah disinggung diatas, krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan likuidasinya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Dalam perkembangan berikutnya, nilai rupiah melemah dan menembus angka Rp 10000,- per dollar AS. Kondisi ini semakin diperparah oleh para spekulan valuta asing baik dari dalam maupun luar negeri yang memanfaatkan keuntungan sesaat, sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bartambah buruk. Memasuki tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas ekonomi lainnya. Banyak perusahaan yang tidak mampu membayar utang luar negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan, banyak perusahan yang mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatannya. Angka pengangguran meningkat, sehingga daya beli dan kualitas hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah. Kondisi perekonomian semakin memburuk karena pada akhir tahun 1997 persediaan sembilan bahan pokok (sembako) di pasaran mulai menipis. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat, seperti di Irian Barat, Nusa Tenggara Timur, dan termasuk di beberapa daerah di Pulau Jawa. Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi Indonesia tidak terlepas dari masalah utang luar negeri, penyimpangan terhadap Pasal 33 UUD 1945, dan pola pemerintahan yang sentralistik.

4. Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto. Berbagai aksi damai dilakukan para mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa itu semakin bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggl 4 Mei 1998.  
Tuntutan akan reformasi semakin meningkat seiring semakin memburuknya krisis ekonomi yang meluas menjadi krisis multidimensional dan semakin jelas bahwa Rezim (Orde Baru) tidak mampu mereformasikan diri. Amien Rais dan Muhammadiyah merupakan salah satu pengecam paling menonjol pada tahap ini. Demonstrasi mahasiswa semakin marak. ABRI membiarkan selama demonstrasi dilakukan di dalam kampus (Ricklefs, 2008: 689).
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar pertama kali adalah pada tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena mahasiswa dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke dalam kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat.
Saat itu demonstrasi gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tingi di Jakarta merencanakan untuk secara serentak melakukan demonstrasi turun ke jalan di beberapa lokasi sekitar Jabotabek. Namun yang berhasil mencapai ke jalan hanya di Rawamangun dan di Bogor sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan puluhan mahasiswa luka dan masuk rumah sakit.
Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia saat itu yang telah terpilih berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka.
Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta geger dan mencekam.
Mahasiswa-mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah Elang Mulya, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, Hery Hartanto.


2.3 Peristiwa yang terjadi pada bulan Mei1998
Kasus-kasus Kerusuhan Mei 1998
a. Demonstrasi Mahasiswa
Pada bulan Januari 1998, aksi-aksi dilakukan oleh berbagai kelompok seperti mahasiswa baik kelompok Cipayung maupun Non Cipayung, koalisi LSM, Ormas dan kelompok pemuda dan buruh. Lokasi aksi umumnya adalah kantor instansi pemerintah dan kampus. Bulan April, jumlah aksi terus bertambah.Bentrok dengan aparat pun mulai meningkat.Isu politik semakin meningkat.Tuntutan reformasi, anti KKN dan menurunkan Soeharto semakin gencar. Dukungan masyarakat  semakin bertambah, begitu juga dari kelompok profesional. Pada bulan Mei, aksi mahasiswa telah semakin meningkat, terlebih setelah pemerintah karena kenaikkan harga BBM dan terjadinya penembakan di Trisakti yang diikuti oleh kerusuhan di berbagai kota.
b. Insiden Trisakti
Usai mengikuti orasi-orasi hingga siang hari mahasiswa mulai bergerak ke luar kampus melalui jalan S. Parman.Mahasiswa menuntut long march ke Gedung DPR/MPR Senayan untuk menyampaikan aspirasi mereka. Mereka diblokir oleh dua lapis aparat kepolisian lengkap dengan tameng dan pentungan di depan Kantor Walikota Jakarta Barat, mahasiswa di bawah pimpinan Ketua SMUT, Julianto Hendro Cahyono, meminta aparat mengizinkan mereka ke Senayan dalam aksi damai. Aparat keamanan dari pasukan Pengendalian Massa menolak tuntutan itu.Sejumlah mahasiswi membagikan bunga mawar pada aparat sebagai tanda damai.
Ketika rombongan mahasiswa sedang bergerak kembali ke dalam kampus, terjadi provokasi oleh seorang yang mengaku alumni Universitas Trisakti yang kemudian diketahui bernama Mashud. Mahasiswa menuduh Mashud sebagai intel yang mau memprovokasi mereka dengan cara mengejek dan memancing kemarahan. Mahasiswa sempat terpancing dan mengejar Mashud yang masuk ke barisan aparat keamanan untuk meminta perlindungan. Kemudian terjadi dorong-mendorong antara massa dan pasukan. Selain dikejar, diburu, ditendang dan diinjak oleh aparat keamanan, korban yang paling banyak berjatuhan adalah korban karena tembakan.Laras senapan aparat keamanan secara sporadis diarahkan kepada mahasiswa, aparat keamanan melakukan penembakan membabi buta. Sebagian aparat yang mengambil posisi di atas jembatan layang mengarahkan tembakan kea rah mahasiswa di dalam kampus.Dari sinilah banyak berjatuhan korban luka dan meninggal dunia.
c. Penjarahan diberbagai Wilayah
Keusuhan hari pertama ini umumnya terjadi di daerah Jakarta Barat, di sekitar Jalan KH Hasyim Asyari, lampu merah Roxy, Jalan KH Mochammad Mansyur, kemudian menyebar menyebar ke Bendungan Hilir Raya, Tanah Abang dan ke arah Bandara Cengkareng.
Penjarahan dan kerusuhan dilakukan disiang hari di daerah Grogol dekat kampus Trisakti. Karena jalan ke arah Grogol banyak diblokir akhirnya massa beralih ke Jalan Daan Mogot, Pesing, Cengkareng hingga perbatasan Jakarta-Tanggerang. Perusuh membawa computer, televisi, kulkas dan umumnya barang-barang elektronik. Perusuh yang lain melampiaskan kemarahan dengan membakar barang-barang yang dikeluarkan ke jalan-jalan bersama sejumlah mobil dan motor yang tengah parkir. Mobil-mobil di jalan ke arah Bandara Soekarno Hatta dihentikan dan penumpangnya diperas perusuh.
Beberapa toko dan ruko di Jalan Hasyim Asyari habis dijarah dan dibakar massa. Beberapa kantor bank dilempari batu. Kalangan etnis Tionghoa dan kalangan orang berada (orang-orang kaya) menjadi sasaran. Di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, massa telah menjarah pertokoan, toko-toko juga dilempai batu, batu dan benda apa saja yang tersedia. Gumpalan asap hitam menyelimuti langit kota Jakarta Ketika senja tiba, sebagian massa mulai meninggalkan jalan dan kembali ke rumah masing-masing.
d. Pemerkosaan Terhadap Etnis Tionghoa
Berbagai tindakan akibat sentiment rasial terjadi dalam berbagai bentuk.Mulai dari bentuk makian, hinaan, hingga dalam bentuk perusakan, penjarahan/perampasan, pembakaran, dan penganiayaan, pelecehan, pemerkosaan, hingga pembunuhan.Berbagai bentuk tindakan-tindakan yang disertai ekspresi kebencian atau anti terhadap etnis tionghoa terjadi pada semua wilayah, khususnya wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Sentiment rasial yang terjadi saat itu membuat orang-orang dari etnis tionghoa menjadi incaran massa saat itu, tidak hanya itu pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan terhadap etnis tionghoa pun membuat para kelompok tersebut merasa terdiskriminasi.
e. Penculikan Aktivis
Menjelang SU-MPR (1-11 Maret 1998), sebelum Mei 1998, terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivis mahasisswa, LSM, Ormas dan partai antara Februari hingga Maret 1998. Penculikan diiketahui dilakukan oleh Tim Mawar, tim yang dibentuk oleh Komandan Batalyon 42, Group IV Kopssus, Mayor Bambang Kristiono atas perintah Letjen Prabowo Subianto. Tim Mawar mengembangkan perintah Danjen Kopassus dengan menangkap sembilan orang aktivis.Kasus penculikan tidak dapat dipisahkan dari situasi keamanan, khususnya di ibukota. Pada faktanya, walaupun nama orang-orang yang telah diculik berkaitan dengan nama-nama organisasi (KNDP, PRD, PIJAR, ALDERA, PDI Megawati dan lainnya) yang dianggap bermasalah dan berpeluang membahayakan keamanan masyarakat dan Negara, sebagian besar dari orang-orang tersebut diculik setelah SU-MPR selesai dilaksanakan. Oleh karena itu terdapat kesulitan untuk memastikan bahwa orang-orang yang diculik tersebut hanya berkaitan dengan pengamanan SU-MPR.



















BAB III
METODELOGI  PENELITIAN

3.1  Pendekatan Penelitian
            Penelitian tentang “kerusuhan Mei tahun 1998” dilakukan dengan metode kualitatif.Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.

3.2  Lokasi Penelitian
Tempat :SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN
a.       Perpustakaan SMAN 2 TANGERANG SELATAN
b.      Kelas XI IPS 2 SMAN 2 TANGERANG SELATAN
3.3  Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, mulai  bulan Mei  sampai dengan tanggal 24 Mei 2016.
a.                    Pada hari Selasa tanggal 03 Mei 2016
b.                   Pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2016
c.                    Pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2016


3.4 Sumber Data
Dalam penelitian ini, kita menggunakan metode sumber data sekunder. Data sekunder merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam data dari internet. dan kelompok kami mendapatkan sumber data bukan hanya internet


3.6 Teknik Analisis Data
            Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu masalah yang ingin dijawab.Melalui serangkaian aktivitas tersebut, kami mengambil data dari halaman web yang merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif.Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari halaman suatu website. Seperti halnya data dari buku, data dari halaman web tersebut dapat digunakan dalam pengolahan data bersama data yang lain.



















BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penyebab Kerusuhan Mei 1998
            Menurut Laporan Tim Pengkajian Laporan Akhir TGPF Tentang Kasuus Kerusushan 13-15 Mei 1998 menyebutkan bahwa: “Pola Umum kerusuhan dimulai dengan berkumpulnya massa passif yang terdiri dari massa lokal dan massa pendatang, kemudian muncul kelompok provokator yang memancing massa dengan berbagai modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian, meneriak yel-yel yang memanaskan situasi, dan merusak rambu-rambu lalu lintas. Setelah itu provokator mendorong massa untuk melakukan perusakan bangunan, disusul dengan penjarahan serrta di beberapa tempat disertai pembakaran bangunan”.Kerusuhan ini bermula didaerah Jakarta barat didaerah sekitan kempus Trisakti.Esoknya pada tanggal 14 Mai 1998, kerusuhan ini makin meluas antara pukul 08.00 hingga 10.00.Dari pola kerusuhan ini terlihat dengan jelas bagaiamna aktor lapangan bermain dnegan sangat rapih dan baik.Hal ini membuktikan bagiaman sistematisnya kerusuhan tersebut dirancang.Dengan demikian, makin kuat dugaan bahwa kerusushan ini merupakan salah sati kejahatan kemusiaan yang bersifat sistematis dan meluas.
4.2 Krisis yang terjadi pada Mei 1998
            Penjelasan mengenai penyebab krisis, beberapa faktor dinilai sebagai pemicu atau awal mula timbulnya kondisi yang berbahaya sehingga krisis mulai terjadi dan kemudian berlanjut secara berlarut-larut. Faktor yang menjadi pemicu dari semua krisis yang terjadi disebabkan oleh krisis ekonomi Ada beberepa sebab terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 diantaranya adalah stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek yang telah menciptakan “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri dibidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.
Pemerintah sama sekali tidak memiliki mekanisme pengawasan terhadap hutang yang dibuat oleh sector swasta Indonesia. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius.Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank, 1998).Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia.Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.Tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi  pula.
Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar  dampak krisis ekonomi pula. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan politik luar biasa saat rezim Soeharto hendak tumbang.Begitu sulitnya merobohkan bangunan rezim Soeharto sehingga harus disertai pengorbanan besar berupa kekacauan (chaos) yang mengakibatkan pemilik modal dan investor kabur dari Indonesia.Pelarian modal besar-besaran (flight for safety) karena kepanikan politik ini praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata (flight for quality). Karena itu, rupiah merosot amat drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.00  per dolar US.


           




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
        Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan,maka dapat disimpulkan perstiwa Kerusuhan mei 1998 adalah suatu peristiwa yang tidak lepas dari aspek politik yang terjadi saat ini.Adanya perebutan kekuasaan yang terjadi banyak dibicarakan dimedia yaitu,adanya isurivalitas antara kedua petinggi negara  saat itu,adanya kepentingan-kepentingan golongan dimana melakukan suatu tindak penculikan terhadap aktivis mahasiswa,penculikan ini merupakan kerja politikyang kuat untuk mempertahankan kekuasaan melalui keunggulan monopoli alat-alat kekerasan,dengan kata lain kasus penculikan merupakan operasi intelejen dari sebuah design politik untuk mengamankan jakarta yangsaat itu kerusuhan sudah tidak terkendali.Hubungan sipil dan militer yang awalnya baik menjadi tidak harmonis karena sipil dianggap pro demokrasi yang menentang rezim penguasa saat itu sehingga dilakukannya pengamanan dengan menculik para aktivis mahasiswa.Transisi demokrasi dari rezim otoriter ke rezin demokrasi merupakan ladangnya pelanggaran HAM saat itu.Banyaknya tindakan pelangaran HAM saat itu dianggap menentang penguasa. Kerusuhan Mei 1998 merupakan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menurunkan rezin otoriter saat itu
5.2 Saran






DAFTAR PUSTAKA